Selama
konferensi di International Islamic
Universwity Malaysia (IIUM) panitia menyediakan sarapan pagi dan makan siang
untuk seluruh peserta. Sedangkan untuk makan malam, panitia tidak
menyediakannya sehingga menjadi tanggungjawab masing-masing peserta. Namun pada
saat check in di apartemen, panitia memberi mie instant, yaitu mie goreng
sedaaap dan biskuit untuk persediaan makan.
"Bagaimana
cara memasak mie ini?" tanya kawan dari Aljazair yang tinggal satu
apartemen dengan saya dalam bahasa Arab.
"Ok
kalau begitu saya buatkan untuk anda. Caranya sangat sederhana. Pertama kita buka dulu plastik pembungkus terus kita
masukkan air panas ke dalamnya. Tunggu kira-kira tiga menit sampai mie menjadi
agak lunak. Kemudian, air kita buang dan mie kita tuang ke piring. Langkah
selanjutnya adalah kita masukkan bumbu, minyak goreng, kecap dan saus. Kemudian
kita aduk atau campur. Nah sekarang sudah jadi dan siap disantap", ujar
saya sambil meletakkan mie di atas meja.
"Ini
pertama kali saya makan mie seperti ini", ungkap dosen ekonomi dan
manajemen di universitas Aljazair tersebut sambil menawari saya untuk makan
bareng.
Sebenarnya
saya tidak begitu lapar karena sore hari tadi sudah makan kue. Namun untuk
menghargai tawarannya saya mengambil mie sedikit dan manaruh di piring kecil.
Kemudian makan bareng.
“Bagaimana rasanya?” tanyaku.
“Ladzidz' jawabnya.
“Nah sedaaaaaap yang tertulis di bungkus mie
itu artinya memang ladzidz (bahasa Arab, artinya sedap/enak)” jelasku.
Ya inilah
nilai sebuah ukhuwah, kebersamaan, dan kekeluargaan. Kita harus saling bantu
membantu dan saling tolong menolong
dalam keadaan apapun. Karena Allah akan senantiasa menolong hambaNya selama
hambaNya tersebut menolong orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar