Minggu, 19 Februari 2017

PABELANIANA-5 PURA-PURA TIDAK TAHU JADWAL RENANG, SELAMAT DARI HUKUMAN



Tidak seperti di  Pondok Pesantren lain, di Pondok Pesantren Pabelan, ada kolam renang. Airnya berasal dari  air sungai di dekat pondok. Meskipun desainnya sederhana, tidak seindah kolam renang di hotel-hotel, keberadaan kolam renang ini menjadi daya tarik tersendiri bagi santri. Para santri bebas berenang, sesuai jadwal yang ditentukan, tanpa ada pungutan biaya. Pengaturan jadwal dibedakan antara santriwati dan santri laki-laki. 

Namun, di kalangan santri laki-laki, termasuk teman-teman saya yang tinggal di Asrama/Gedung  Presiden,  ada yang suka usil. Sebut saja  namanya Shafran (nama samaran). Santri  yang suka membuat ulah di kalangan santri baru. 

"Yuk, kita berenang!",  ucapnya mengajak  teman-teman lelaki lainnya. 
"Lho, hari ini kan jadwal renang untuk santriwati. Jadwal kita masih besok", jawabnya. 
"Kita coba saja. Nanti kalau ditanya Ustadz, kita jawab,"Maa lupa". 

Akhirnya, kami berlima sepakat untuk pergi ke kolam renang. Sampai di sana, suasana masih sepi. Belum ada santriwati yang berenang. Kami merupakan pihak  pertama yang datang. Kami tahu, hari itu adalah jadwal renang untuk santriwati. 
"Ayo....jangan berdiri saja", ucap Shafran sambil menarik tangan teman-temannya untuk masuk ke dalam kolam. 
Dengan sedikit rasa cemas di dalam hati, jangan-jangan ada bagian keamanan atau ustadz yang datang, kami tetap berenang. 
Namun, tiba-tiba, dari jarak jauh ada orang yang berteriak.
"Ya thalabah...qumu wa la tadzhabu! Al-yauma waqtun lil banat", ucap seorang ustadz dari kejauhan. Artinya, "Halo, santri laki-laki. Berdiri. Jangan Pergi! Hari ini adalah waktu untuk santriwati".

Dengan penuh rasa takut, kami berlima keluar dari kolam. Sementara sang Ustadz semakin mempercepat langkahnya menuju kolam renang. Dari kejauhan, nampak sorot matanya semakin menakutkan. 

Shafran mencoba menenangkan teman-temannya. 
"Nanti saya yang bicara dengan Ustadz", ucapnya. 
Nah begitu Ustadz sudah di dekat kami dan sebelum ia bertanya, Syafran mulai angkat bicara. 

"Maaf Ustadz, kami santri baru. Tidak tahu hari ini jadwal renang untuk santriwati. Mohon maaf sekali", kilahnya sambil menundukkan kepala. 
"Thayyib (Baik)...! Kali ini kalian saya maafkan. Jangan diulangi lagi!', pesan sang Ustadz.

Setelah berjabat tangan sambil mohon maaf, kami berlima sepakat kembali ke asrama. Di tengah-tengah perjalanan ke asrama, Shafran angkat bicara. 
"Sebenarnya, saya tahu hari ini jadwal santriwati, tapi kalau saya bilang begitu, kalian semua akan kena iqab/sanksi".
Hahahahaha...... Aya Aya Wae Shafran. 

PABELANIANA-4 KYAI HAMAM DAN MOBIL CITROEN



Bagi santri Pondok Pesantren Pabelan (PPP), ada cara yang gampang untuk mengetahui keberadaan Pak Kyai Hamam Dja'far, yaitu dengan melihat keberadaan mobilnya. Mobil CITROEN warna krem. Mobil itu biasa diparkir di depan rumah Pak Kyai Hamam. Tepatnya di samping ruang tamu pondok.

Pada tahun 1980-an mobil tersebut termasuk barang mewah. Namun, bagi sosok Kyai Hamam, mobil tersebut justru menjadi simbol kesederhanaan. Mengapa demikian?

Pak Kyai Hamam, selalu jalan kaki untuk mengontrol para santri dan ustadz di Komplek pondok. Sementara mobil itu lebih sering dipakai untuk melayani tamu-tamu pondok. Dalam hal melayani tamu, Pak Kyai Hamam patut ditiru.

"Tamu itu membawa berkah. Maka wajib bagi kita untuk memuliakan tamu dengan cara yang terbaik sesuai kemampuan kita", pesan beliau kepada para santri dalam wejangan sebelum liburan Ramadhan.

Nah, apakah mobil Citreon tersebut masih ada di Pondok Pabelan? Adakah facebookers yang tahu?

PABELANIANA-3 KYAI HAMAM DAN FILOSOFI TATA LETAK BANGUNAN



Awal nyantri di Pondok Pesantren Pabelan (PPP), selain beradaptasi terhadap makanan dan lingkungan, para santri juga perlu beradaptasi terhadap nilai-nilai pondok pesantren. Sama halnya di Gontor, di Pabelan nilai-nilai tersebut pertama kali ditanamkan melalui kegiatan 'Khutbatul Arsy' atau 'Pekan Perkenalan'.

Pak Kyai Hamam Dja'far beserta para ustadz senior yang langsung menyampaikan materi tentang nilai-nilai pondok pesantren.

"Nilai-nilai pondok pesantren ini sangat penting bagi para santri. Oleh sebab itu, saya sendiri yang harus menyampaikan, supaya tidak ada salah persepsi dan pemahaman di kalangan santri", ucap Kyai Hamam di hadapan para santri yang berkumpul di gedung perpustakaan.

Materi pembelajaran yang lain, tambah Kyai Hamam, boleh diajarkan oleh para ustadz dan santri senior, tetapi khusus tentang nilai-nilai pondok, harus kyai yang menyampaikan.

Para santri terus menyimak dengan antusias semua wejangan dari Pak Kyai Hamam. Rugi rasanya jika ada santri yang tidak menyimak nasehat dan pesan-pesan tersebut.

Salah satu pesan Pak Kyai Hamam yang masih saya ingat adalah filosofi Letak bangunan Pondok Pesantren Pabelan.

"Semua yang ada di pondok ini, memiliki nilai dan dasar filosofi, termasuk letak bangunan", ungkap Pak Kyai Hamam.

Saat ini, tambah Kyai Hamam, para santri-santriku, berada di gedung perpustakaan. Inilah gedung yang termegah di pondok, untuk saat ini. Di sinilah seorang santri melakukan perintah iqra' (membaca) dan melakukan kajian terhadap sumber-sumber keilmuan.

Di sebelah Barat perpustakaan, ada asrama santri. Tempat santri istirahat dan berinteraksi sesama santri lain. Asrama juga menjadi tempat santri belajar kepemimpinan. Oleh karena itu, di setiap kamar, ada santri senior yang bertugas menjadi mentor atau musyrif/pembimbing bagi santri yunior.

Setelah asrama, ada lapangan. Posisinya persis diantara asrama dan masjid. Fungsi utamanya ada dua, yaitu tempat olah raga supaya santri sehat secara jasmani, dan tempat shalat berjamaah, karena bangunan masjid tidak cukup menampung seluruh santri.

Menurut Pak Kyai Hamam, masjid yang berada di tengah-tengah kompleks pondok itu, merupakan pusat kegiatan santri. Dari pagi sampai malam hari.

"Setelah santri puas baca buku di perpustakaan, cukup istirahat di asrama, dan cukup berolah raga, jangan lupa melakukan shalat di masjid sebagai bentuk pengabdian seorang hamba kepada sang khaliq", ucap Kyai Hamam.

Namun perlu diingat, sehebat apapun santri-santriku nanti setelah keluar dari pondok, jangan lupa, akhir dari kehidupan dunia adalah kematian. Oleh karena itu, di sebelah barat masjid ini, ada kuburan. Maksudnya, supaya kita selalu ingat kematian dan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya mulai dari sekarang.

Singkat cerita, Letak dan posisi bangunan di Pondok Pesantren Pabelan, memiliki landasan filosofi dan nilai tersendiri. Mulai dari perpustakaan, asrama, lapangan, masjid,dan kuburan. Dan inilah salah satu alasan, PPP menerima anugerah 'Kalpataru'.

Terimakasih Pak Kyai-ku Hamam Dja'far. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan maghfirah kepada Pak Kyai.