Sabtu, 18 Juni 2016

GONTORIANA-7 ALI BASUKI RAHMAT, BERANI CERITA SETELAH TAMAT: Kiat Dapat Lauk Lebih Pada Hari Jumat




Setiap santri Gontor pasti memiliki pengalaman dan cerita tersendiri selama menimba ilmu di pondok. Baik kisah sedih maupun senang, kisah positif maupun negatif.
Berbagai kisah tersebut, khususnya yang terkait pelanggaran disiplin, saat di pondok tidak terungkap. Maklum si pelaku mengemasnya dengan rapat, sehingga tidak terungkap.
Namun, setelah keluar dari pondok, kisah tersebut malah menjadi bahan obrolan yang sangat menarik. Seperti kisah seorang alumni dengan inisial ABR yang punya kebiasaan mengamati santri yang izin keluar pondok pada hari Jumat. Berikut ini kisahnya yang ia tuliskan dalam group WA alumni.
"Ane punya rutinitas khusus setiap Jumat pagi, yaitu mencermati nama-nama santri yang mendapat izin pergi ke kota Ponorogo", ucapnya seraya menambahkan nama-nama itu biasanya ditempel di etalase di depan bagian keamanan pusat atau pengasuhan santri.
Begitu ada nama yang dikenal, tambah alumni asal Bojonegoro tersebut, ia langsung mendatangi ke kamarnya untuk minta 'bithaqah' atau kartu jatah makan yang tidak dipakai.
"Dengan cara seperti ini, saya bisa makan siang ba'da Jumat dengan lauk yang lebih dari satu karena membawa kupon makan lebih dari satu", ungkapnya mengisahkan pengalamannya saat di Gontor dulu.

GONTORIANA-6 BANYAK MAKAN TEWEL, BIKIN TIDUR DI KELAS




Salah satu menu makan di Pondok Gontor yang terkenal dan populer di kalangan santri adalah sayur tewel. Yaitu sayur nangka muda, dimasak dengan kuah yang diberi santan dan cabe. Perpaduan antara santan dan cabe inilah yang membuat sayur tewel menjadi nikmat. Lezat. Mantap. Maknyus.

Di Jawa, tewel disebut 'gori' dan biasanya dimasak menjadi 'gudeg'. Di Padang, tewel biasa dimasak dengan bumbu gulai, sebagaimana mudah kita temui di Warung makan Padang. Di Gontor, tewel dimasak dengan cara yang khas.

Bagi santri Gontor, khususnya pada tahun 1980-an, sayur tewel merupakan menu favorit kedua setelah 'pecel'. Biasanya disajikan untuk makan siang, dengan lauk tempe goreng.

Di Gontor, dalam hal makanan, ada kebijakan, santri boleh menambah nasi dan sayur, tetapi tidak boleh menambah lauk. Oleh sebab itu ada sistem kupon atau kartu untuk pengendalian/kontrolnya. Bahkan ada pengurus OPPM Bagian Koperasi Dapur yang bertugas mengawasi proses antrian mengambil jatah makan. Di sinilah sebenarnya terjadi penanaman disiplin antri bagi para santri.


Nah bagi santri penggemar sayur tewel--termasuk saya--biasanya akan menambah sayur dan nasi. Namun, kebanyakan makan sayur tewel bisa berdampak ngantuk di kelas.

Mereka yang ngantuk di kelas sering dijadikan guyonan oleh teman-temannya dengan istilah:
"Huwa naim fil-fashli, liannahu katsiru akli tewel". Artinya, dia tidur di kelas karena kebanyakan makan sayur tewel.

GONTORIANA-5 SAMBAL PECEL BAHAN BAKU KETELA




Membaca judul di atas, rasanya agak ganjil atau aneh. Apa ada sambal pecel bahan baku ketela? Lazimnya bahan baku sambal pecel adalah kacang tanah.

Di Pondok Gontor, ketela, tidak hanya dijadikan makanan ringan, tetapi juga dijadikan bahan tambahan—selain bahan baku kacang tanah-- untuk sambal pecel.
Masalah rasa, jangan ditanya, cukup dua kata 'uenak pol' alias enak sekali. Oleh karena itu para santri pun, selalu nambah nasi
jika ada sambel pecel bahan baku ketela.

Biasanya menu ini dihidangkan seminggu dua kali, yaitu hari Selasa dan Kamis. Disajikan pada waktu makan siang pagi untuk hari Selasa, dan waktu makan siang untuk hari Kamis.

Wah....jadi pingin makan sambel pecel khas Gontor. Masih ada ga ya sekarang?