Minggu, 20 Januari 2013

UIN JAKARTA PATUT DIBANGGAKAN JANGAN DIKUTUK JIKA ADA KESALAHAN Catatan dari Rakerpim di Cisarua



Rapat Kerja Pimpinan atau Rakerpim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Cisarua, Bogor (17-19/1/2013) membahas tiga agenda utama, yaitu itu tata pamong dan kepemimpinan, sistem pengelolaan, serta kinerja dan kemajuan UIN.  Untuk tata pamong, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) telah menyetujui struktur organisasi UIN Jakarta. Sistem pengelolaan UIN diimplementasikan berdasarkan sistem pengelolaan fungsional dan operasional  (planning, organizing, staffing, leading and controlling). Sementara pada kinerja dan kemajuan disampaikan laporan kinerja tahun 2012, program unggulan tahun 2013, dan rencana strategis UIN 2012-2031 serta masterplan pengembangan.   

Komaruddin Hidayat Rektor UIN dalam laporannya mengatakan, ada perubahan struktur UIN Jakarta sesuai dengan rekomendasi Menpan-RB Nomor B/01/M.PAN-RB/9/2012. “Selain ada Senat dan Dewan Penyantun, juga ada Dewan Pertimbangan dan Dewan Pengawas. Istilah Pembantu Rektor diganti dengan istilah Wakil Rektor”, ungkap Komaruddin Hidayat sambil menambahkan anggota Dewan Pengawas Adalah Bahrul Hayat dan Muhammad Yasin, keduanya merupakan Sekretaris Jenderal dan Inspektur Jenderal Kemenag RI.

Selain itu, tambah Komarrudin, ada Satuan Pemeriksa Intern (SPI), Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) sebagai sebutan baru untuk Lembaga Peningkatan dan Jaminan Mutu (LPJM). Sedangkan Lembaga Penelitian dan Lembaga Pengabdian pada Masyarakat yang selama ini berdiri sendiri-sendiri, disatukan menjadi Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat dan Penelitian (LP2MP). 

Hadir dalam Rakerpim ini Rektor, Wakil Rektor, Kepala Biro, Dekan, Wakil Dekan, Kepala Bagian, Kepala Lembaga/Unit Pelaksana Teknis/Pusat Kajian, dan Kepala Jurusan.  Sebagai nara sumber adalah Bahrul Hayat Sekretaris Jenderal Kementerian Agama dan Muhammad Yasin Inspektur Jenderal Kementerian Agama. Tempat Rakerpim tahun ini sengaja dipilih di luar kampus supaya peserta lebih bisa fokus dan konsentrasi dalam mengikuti rangkaian acara yang telah direncanakan.

Amsal Bakhtiar, Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum mengatakan mulai tahun 2013 akan diterapkan sistem remunerasi. Pejabat Pembuat Komitmen atau PPK yang selama ini terpusat di Rektorat dikembalikan ke fakultas. “Ada satu PPK untuk APBN dan tujuh PPK untuk BLU. Mereka yang menjadi PPK disyaratkan telah memiliki sertifikat pengadaan barang dan jasa. Oleh sebab itu satu orang PPK menangani beberapa fakultas”, ungkap Amsal Bakhtiar.

Tema Rakerpim tahun 2013 adalah Cetak Biru Keilmuan dan Keislaman: Menuju World Class University.  Seiring dengan tema tersebut, Jamhari Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Kelembagaan memaparkan Rencana Strategis 2012-2031 dan Masterplan pengembangan UIN Jakarta. Menurut Jamhari ada 4 (empat) langkah dalam rencana strategis pengembangan UIN, yaitu langkah konsolidasi (2012-2016), langkah akselerasi (2017-2021), langkah pembentukan reputasi (2021-2016), dan langkah pengakuan global (2017-2031). Pada setiap langkah ada tujuan, target, program kerja,  dan indikator kinerja.

Mengapa mesti sampai tahun 2031?  Menurut Komaruddin Hidayat, penetapan tahun ini bersifat lintas generasi. “Kita memikirkan lintar generasi, bukn hanya satu periode saja. Oleh karena itu ego pribadi harus lebur untuk kepentingan institusi”, ucapnya sambil menambahkan proses integrasi keilmuan dan keislaman tetap menjadi ciri khas UIN sebab jika kekhasan ini hilang maka akan hilang pula ciri khas UIN Jakarta. Melalui integrasi, tambah Komaruddin, UIN Jakarta akan menjadi penebar benih-benih pohon peradaban.

Untuk evaluasi kinerja, Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) telah melakukan penilaian terhadap seluruh program studi di lingkungan UIN Jakarta. Ada sepuluh kriteria penilaian, diantaranya adalah rasio dosen dan mahasiswa, publikasi ilmiah, dan tata kelola.  Berdasarkan hasil evaluasi, tiga program studi yang terbaik adalah Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Adab dan Humaniora, Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin, dan Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi. Masing-masing program studi mendapat hadiah lap top.

Sedangkan dalam hal keuangan, Satuan Pengawas Internal (SPI) juga melakukan penilaian terhadap kinerja semua fakultas. Tiga fakultas terbaik adalah Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP). Untuk peringkat pertama mendapat hadiah laptop, peringkat kedua mendapat personal computer (PC), dan peringkat ketiga mendapat dispenser.


Transformasi Perguruan Tinggi

Perubahan IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta  yang kini memasuki tahun ke-11 (2002-2013) telah menjadi ke banggaan Kementerian Agama RI. Artinya prestasi UIN Jakarta juga prestasi Kemenag RI. UIN Jakarta dalam hal pengelolaan keuangan, merupakan UIN yang terbaik di lingkungan PTAIN. Pencapaian ini juga yang menjadi salah satu sebab Kementerian Agama mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK dalam pengelolaan keuangan.


Bahrul Hayat Seketaris Jenderal Kementerian Agama RI memberikan apresiasi kepada kinerja dan pencapaian UIN selama ini. “Saya memeberikan apresiasi kepada pencapain UIN dan rencana pengembangan yang telah dipaparkan dalam Rakerpim ini”,ungkap Bahrul Hayat yang menjadi nara sumber pada hari kedua.

Untuk melakukan akselerasi pengembangan, tambah Bahrul Hayat,  ada enam jenis transformasi yang harus dilakukan oleh  Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN), termasuk UIN Jakarta.  

Pertama, transformasi visi dan misi.  Setiap pimpinan perguruan tinggi, mulai dari rektor sampai dekan, mesti memiliki cita-cita tersendiri, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Cita-cita ini akan mengantarkan para sivitas akademika untuk  melakukan akselerasi pengembangan.  Setiap melakukan kunjungan kerja  ke kampus PTAIN, Bahrul Hayat selalu bertanya-tanya, mengapa kampus perguruan tinggi Islam sangat kecil dan sempit. Kondisi seperti ini, menurut Bahrul Hayat, sulit untuk menyiapkan generasi yang unggul untuk 100 sampai 200 tahun ke depan. Apa yang disampaikan Bahrul Hayat didasarkan pengalaman perguruan tinggi unggulan di dunia. Tidak ada perguruan tinggi besar di dunia yang memiliki kampus kecil dan sempit.  Karena itu, perguruan tinggi harus memiliki visi dan misi yang jelas dan terukur untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Kedua, transformasi insfrastruktur. Tranformasi ini mutlak dilakukan dengan dukungan dana yang kuat. Kemenag akan mendukung pinjaman dana luar negeri dengan alasan untuk akselerasi. Karena jika kita hanya menggantungkan sumber dana dari APBN, tidak akan mencukupi.  Menurut Bahrul Hayat, Pimpinan Islamic Development Bank  ketika melakukan monitoring dan evaluasi ke UIN Jakarta dan Jogjakarta, mereka bangga dengan pinjaman yang telah dikucurkan karena membawa kemajuan bagi pendidikan Islam.

Ketiga, transformasi akademik. Pembukaan dan  perluasan program akademik perlu dilakukan. Komando penajaman dan peningkatan mutu pendidikan ini adalah rektor dan para jajarannya. Ruh transformasi  perguruan tinggi pada dasarnya ada di bagian akademik.

Keempat, transformasi Sumber Daya Manusia (SDM). Perencanaan SDM menjadi sangat penting. Perlu dilakukan regenerasi dan kaderisasi. Setiap tahun selalu ada dosen yang pensiun, maka perlu ada yang menggantikannya. Ibarat kata pepatah, patah tumbuh hilang berganti.  Aspek lainnya adalah akselerasi kualifikasi pendidikan dengan memberi peluang untuk melanjutkan studi  ke jenjang yang lebih tinggi.

Dalam melakukan transformasi SDM, Guru Besar dari UIN Jakarta bisa sharing pengetahuan dan pengalamannya di STAIN atau IAIN lain.  Pengiriman dosen untuk mengikuti short course di luar negeri juga perlu dilakukan. Pengalaman di luar negeri menjadi penting bagi seorang dosen, terutama untuk meningkatkan rasa percaya  diri bagi dosen.

Kelima, transformasi manajemen. Pilihan BLU untuk UIN merupakan pilihan yang tepat dibandingkan dengan BHP.  Selain ada otonomi akademik, juga perlu ada otonomi manajemen.  Secara makro, dengan BLU, UIN diberi peluang untuk mengelola keuangan sendiri, tetapi tidak ada aset yang keluar dari UIN.  Namun tetap diperlukan manajemen  internal yang kuat dengan memegang prinsip akuntabilitas dan transparansi.

Keenam, transformasi kultural.  Kultur UIN harus mencitrakan kultur akademik yang tinggi. Ada dua sisi dalam membangun kultur, yaitu membangun sistem dan membangun manusia. Dengan membangun sistem, kita bisa membuat budaya dimana seseorang merasa dipaksa sehingga merasa terpaksa, tetapi pada akhirnya akan menjadi biasa.  Indikator yang menunjukkan perguruan tinggi itu baik dan tidak baik adalah dari sistemnya. Dosen atau mahasiswa, kadang perlu dipaksa dengan sistem, untuk membentuk kultur akademik.


Peran Utama PTAIN

Setelah menyampaikan  enam jenis transformasi, Bahrul Hayat memberikan pertanyaan kritis: kemana arah pengembangan PTAIN? Apa yang bisa dibanggakan dari PTAIN? Terhadap dua pertanyaan ini, menurut Bahrul Hayat ada lima peran utama PTAIN yang bisa dibanggakan. Lima peran tersebut mencakup: (a) Center of Islamic studies/Pusat kajian Islam; (b) Producer of  Islamic scholar.  Ada warna Islam untuk lulusan PTAIN. Mahasiswa Apapun program studi yang dipilih, tetapi lulusannya tetap sebagai Islamic scholar; (c) Guard of Islamic values/perisai nilai-nilai Islam. PTAIN tetap harus menjaga nilai-nilai Islam. Meskipun ada program studi umum, nilai-nilai Islam tetap menjadi core values; (d) Light of Islamic messages/Ppenerang pesan-pesan Islam. Nilai Islam dipancarkan dari kampus. Masyarakat mendapat pencerahan dari kampus.  Dalam konteks ini ada ungkapan yang menyebutkan “Lebih baik menyalakan satu lilin daripada mengutuk kegelapan. It is better to light up a candle than to curse the darkness”.  Jika ada kegelapan di UIN Jakarta,  jangan dikutuk tetapi nyalakan lilin untuk menerangi kegelapan tersebut. Dan terakhir (e) adalah Drive of Islamic civilization/ Pendorong peradaban Islam. Peradaban besar lahir dari peran ilmuwan.  

Bahrul Hayat juga memberikan beberapa catatan penting untuk akselerasi UIN Jakarta. Diantaranya adalah perlunya penambahan program studi dan fakultas baru. Dalam hal ini UIN Jakarta bekerjasama dengan ITB ada rencana membuka Fakultas Sumber Daya Alam dengan empat jurusan: Geologi, Pertambangan, Perminyakan, dan Teknik Lingkungan.   Bahrul Hayat juga mengingatkan pentingnya pembangunan asrama mahasiswa. Dengan asrama mahasiswa, ada tiga kompetensi yang bisa dikembangkan, yaitu kompetensi keagamaan, kompetensi bahasa Inggris, dan kompetensi bahaha Arab. Terakhir adalah pemanfaatan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional yang berada di jalan Kertamukti.

Uraian di atas menjadi penting untuk kita -sivitas akademika Fakultas Psikologi- renungkan dan dijadikan pendorong dalam meningkatkan mutu lulusan melalui layanan dan jasa pendidikan.  Siapapun dan apapun posisi kita di fakultas ini, pasti memiliki peran dan fungsi yang strategis dan penting. Jika ada yang beranggapan bahwa dirinya merasa tidak memiliki peran dan fungsi dalam membangun peradaban di Fakultas Psikologi, maka pola pikir seperti ini perlu diubah. Meminjam prinsip Dahlan Iskan, yang kita perlukan adalah kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas. Atau mengacu prinsip kerja Habibie dalam buku “Habibie dan Ainun” kita harus kerja tuntas, kerja tepat waktu, dan kerja berkualitas. Intinya kerja, kerja, dan kerja. (BangS).

Minggu, 06 Januari 2013

LENSA WISATA VULKANO MERAPI



Jasa ojek atau sewa sepeda motor tril (Kawasaki) ini disediakan oleh masyarakat sekitar bagi wisatawan yang akan ke rumah Mbah Marijan (alm) di lereng gurung Merapi. Sekali jalan (PP) tarifnya Rp. 20.000, mulai dari  tempat parkir kendaraan roda empat sampai ke rumah Mbah Marijan. Mereka diorganisir oleh paguyuban ojek sehingga menjadi tertib dan tidak saling berebut pelanggan.  Jasa ojek atau sewa sepeda motor ini bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat sekitar kampung Kinahrejo.

Bagi pengunjung yang tidak membawa kendaraan pribadi, bisa menggunakan jasa jip dengan tarif Rp. 250.000 dari penginapan di Kaliurang sampai ke parkir roda empat di lereng Merapi. Untuk sampai ke rumah Mbah Marijan bisa diteruskan dengan naik sepeda motor. Sudah ada pembagian kavling yang jelas antara jasa penyewaan jip dan sepeda motor.

Pintu gerbang sederhana dengan ucapan "SELAMAT DATANG di Rumah Almarhum Mbah Marijan". Dari pintu gerbang ini pengunjung masih naik sepeda motor untuk sampai ke lokasi dengan jarak sekitar 500 meter. Karena posisi menanjak, mayoritas pengunjung menggunakan jasa ojek atau sewa sepeda motor.



Miniatur rumah Mbah Marijan (almarhum) di lereng Gunung Merapi. Lereng ini disebut Kinahrejo. Setelah terjadi erupsi Merapi kampung ini hancur. Sekarang mulai dibangun kembali dan mulai ramai pengunjung. Maka kampung ini sekarang disebut dengan Kinah-bali-Rejo.

Rangka mobil Suzuki APV dan dua sepeda motor yang terbakar saat terjadinya erupsi Merapi. Mobil ini digunakan untuk mengevakuasi masyarakat.  Kini menjadi tontonan wisatawan Vulkano Merapi. Posisinya berada di antara rumah Mbah Marijan yang lama dan rumah istri Mbah Marijan yang baru, di sebelah kiri rangka kendaraan ini.

Warung Bu Mursani Asih, adik Mbah Marijan. Warung makanan dan souvenir Merapi di tempat ini dikelola oleh keluarga Mbah Marijan. Sedangkan di tempat parkir kendaraan dikelola oleh masyarakat umum. Di warung ini pengunjung bisa membeli souvenir: kaos, VCD, gantungan kunci, buku Erupsi Merapi yang ditulis oleh Mbah Marijan, makanan dan minuman.


Kawah Gunung Merapi mengeluarkan asap panas. Erupsi Merapi merupakan siklus seratus tahunan. Kini lereng gunung Merapi telah subur kembali dan ramai pengunjung, khusunya di dusun Kinah-bali-Rejo, tempat Mbah Marijan (alm) juru kunci Merapi. Tugas Mbah Marijan diteruskan oleh anak pertama. 


Gunung memberikan sumber kehidupan tersendiri bagi manusia. Seperti ibu tua ini yang menggendong kayu hasil dari tanaman pohon di lereng gunung Merapi. Kerja keras tanpa mengenal lelah untuk menyambung kehidupan. Demikian prinsip hidup ibu ini seraya mensyukuri apa yang ada. Hidup damai dan tenang dengan apa adanya. Segala puji bagi Allah, Tuhan yang telah menciptakan bumi seisinya untuk manusia. Mari kita jaga kelestarian alam untuk melestarikan kehidupan.

Sabtu, 05 Januari 2013

WISATA VULKANO MERAPI Kampung Kinah-bali-Rejo Mbah Marijan



Indonesia sangat kaya potensi wisata. Banyak keindahan alam Indonesia yang mempesona dan menarik untuk dikunjungi. Mulai dari keindahan pegunungan, pantai, flora fauna, dan keragaman budaya. Semuanya bisa menjadi obyek wisata yang eksotik dan sulit dilupakan.

Memanfaatkan liburan Natal tahun 2012, salah satu tempat wisata di Jogjakarta adalah Kaliurang Sleman. Tempat ini seperti Puncak di Bogor atau batu di Malang. Udara dingin, pepohonan yang hijau, dan panorama yang indah, menjadi daya pemikat bagi wisatawan.
Ma

“Masih banyak keindahan alam Indonesia yang belum kita kunjungi atau eksplorasi. Jadi cukup di daerah yang mudah terjangkau dan tidak mengeluarkan biaya mahal”, ucapku ketika dimintai pendapat untuk menentukan tempat berlibur pada perayaan Natal tahun ini.

Sekitar pukul 17.15, Senin, 24 Desember 2012, mobil yang membawa keluarga besar Mbah Hartono  memasuki penginapan. Tempatnya di Wisma Andreas, Kring VII, Jalan Malangyudo,Hargobinangun, Pakem Sleman. Kurang lebih dua ratus meter dari tempat Hutan Wisata Merapi, Tlogo Putri, dan Tlogo Muncar, Kaliurang.

Penginapan di sini asalnya rumah penduduk biasa. Seiring dengan perkembangan wisata di Kaliurang dan meningkatnya  permintaan akan penginapan, masyarakat mulai menjadikan rumah mereka sebagai tempat penginapan.

Masalah harga, relatif murah dibandingkan di tempat wisata lainnya, seperti Puncak atau Batu. Tempat kami menginap, sebuah rumah dengan tiga kamar, tiga kamar mandi, ruang tamu, dapur, dan taman bunga, hanya sebesar Rp. 500.000 sehari. Bahkan ada yang lebih murah darii ni. Tentu saja juga ada yang lebih mahal. Artinya, tempat penginapan bisa disesuaikan dengan kondisi keuangan kita.

Wisata Vulkano

Erupsi Merapi tahun 2010 yang lalu memberikan dampak tersendiri bagi masyarakat di kampung Kinahrejo, lereng gunung Merapi. Kalau dulu musibah, sekarang berkah. Kalau dulu duka, sekarang suka. Sebab tempat ini, kini telah menjadi obyek wisaya volkano. Nama kampung aslinya adalah Kinahrejo, kini berubah menjadi Kinah-bali-Rejo.Artinya, Kinah rejo yang pernah hancur dan rata dengan tanah karena erupsi Merapi, kini menjadi ramai kembali, saking banyaknya wisatawan domestik dan asing yang datang.

Usai subuh, rombongan menuju lereng Merapi, yang lebih dikenal dengan rumah Mbah Marijan di kampung Kinahrejo. Untuk sampai  ke sana, bisa ditempuh dengan dua tahap. Pertama naik kendaraan roda empata tau roda dua sampai di tempat parkir kendaraan. Rumah mbah Marijan masih 200 meter lagi dari sini. Tetapi kendaraan umum tidak boleh naik. Kami hanya ada dua pilihan, jalan kaki atau naik ojek/sewa motor. Kebayakan wisatan memilih naik ojek atau sewa motor. Biayanya Rp. 20.000 pergi balik. Waktunya tidak dibatasi, sampai sepuas-puasnya di lokasi bekas rumah Mbah Marijan, juru kunci gunung Merapi.

Begitu sampai di lokasi, pertama kali kami menuju rumah istri Mbah Marijan. Namnya Mbah Muniroh (80 tahun). Di sini ia tinggal bersama anak pertamanya yang mendapat tugas meneruskan mbah Marijan menjadi juru kunci gunung Merapi. Dengan penuh keramahan dan keakraban, Mbah Muniroh menyambut kedatangan kami.

“Saya dan lima anak saya ikut mengungsi pada saat gunung Merapi meletus tahun 2010”, ungkap Mbah Munirah mengawali cerita. Mbah Marijan tidak mau mengungsi karena telah mengabdikan dirinya di tempat ini.

Tepat di samping rumah Mbah Muniroh, ada rangka mobil Suzuki APV dan dua rangka sepeda motor. Mobil evakuasi diterjang erupsi besar gunung Merapi. Erupsi ini siklus 100 tahunan, yang terjadi pada 5 November 2010. Pada tanggal 26 Oktober 2010, Tutur Priyanto dan Yuniawan relawan PMI, gugur bersama terbakarnya mobil evakuasi di halaman rumah Mbah Marijan karena diterjang awan panas.

Rangka mobil dan dua sepeda motor ini tidak disia-siakan oleh para pengunjung untuk mengabadikan diri. Mengingatkan kepada kita, betapa besarnya perjuangan kemanusiaan relawan tersebut. Bondo, bahu, pikir, lek perlu sak nyawane pisan (Harta, tenaga, pikiran, dan jika perlu dengan nyawa sekalian). Demikian kira-kira semangat yang mendorong mereka untuk berkorban demi kemanusiaan.

Di sebelah rangka kendaraan tersebut adalah rumah mbah Marijan. Rumah itu kini sudah hancur, tidak ada bekasnya sama sekali. Untuk menandai hanya ada tulisan ‘rumah Mbah Marijan’ dan miniature rumah dari genting tanah. Lokasinya dilingkasi dengan tali larangan masuk. Ada spanduk besar yang mendeskripsikan kronologis kejadian erupsi Merapi tersebut. Di depan rumah ini, ada seperangkat gamelan Jawa yang diabadikan. Gamelan inilah yang biasanya menemani Mbah Marijan melantunkan nyanyian Jawa.

Masjid tempat Mbah Marijan menunaikan shalat lima waktu, terletak di bagian atas, dengan jarak sekitar 100 meter dari rumahnya. Masjid ini saat terjadi erupsi masih kokoh, sementara bangunan lainnya hancur rata dengan tanah. Di sinilah keajaiban Allah yang ditunjukkan kepada manusia. Namanya adalah  Masjid Al-Amin. Para pengunjung biasanya melakukan shalat sunnah atau shalat fardhu di masjid ini.

Toko souvenir dan warung makanan di tempat ini dikelola oleh keluarga Mbah Marijan. Ada yang dikelola anak-anak Mbah Marijan, dan ada juga yang dikelola saudaranya. Mbah Marijan adalah empat bersaudara. Mbah Marijan anak pertama. Salah satu warung yang sempat kami singgahi adalah warung Mbah Udi, adik  keempat Mbah Marijan. “Kami semua empat bersaudara, Mbah Marijan anak pertama, dan saya (Mbah Udi) anak keempat”, jelasnya sambil menghidangkan teh panas dan Indomie telur kepada penulis.
Ibu Muniroh, 80 tahun, (kedua dari kanan), istri Mbah Marijan. Putra pertama Mbah Marijan, di sudut rumah (kiri) yang saat ini meneruskan tugas Mbah Marijan sebagai juru kunci gunung Merapi. Mbah Marijan meninggalkan seorang istri dan empat anak. Mereka selamat karena ikut mengungsi saat erupsi Merapi.


Pesan Mbah Marijan

Meskipun Mbah Marijan telah wafat menghadap al-Khaliq (Pencipta), namun semangat, cita-cita, dan petuah atau pesannya masih hidup dan tetap relevan . Salah satu pesan Mbah Marijan adalah: “Ajining menungso iku gumantung ana ing tanggungjawabe marang kewajiban”.  Artinya “Kehormatan seseorang  dinilai dari tanggungjawabnya terhadap kewajibannya”.

Pesan tersebut ditulis di atas spanduk yang dipajang di bekas rumah Mbah Marijan. Setiap pengunjung yang datang bisa membacanya dengan jelas. Meskipun singkat dan pendek, pesan itu mengandung makna yang dalam. Jika kita hayati, jabatan, kemewahan materi, dan titel, tidak memberi makna jika yang bersangkutan tidak memiliki tanggungjawab terhadap pekerjaan yang diembannya.

Dikira bawa bom

Sudah menjadi kebiasaan penulis, ketika mengunjungi tempat wisata, penulis membawa sesuatu yang original dari tempat tersebut. Jika berkunjung ke pantai misalnya, maka penulis akan membawa sampel pasir pantai tersebut. Kemudian pasir itu penulis taruh di dalam gelas dan penulis bubuhkan nama pantai serta tanggal kunjungan. Meskipun sederhana tetapi menjadi souvenir dan bukti kunjugan yang faktual. Ada yang penulis letakkan di atas meja tempat kerja di kantor. Ada juga yang penulis taruh di almari pajang (tempat souvenir) di rumah. Sangat menarik.

Nah, ketika wisata vulkano Merapi, penulis juga membawa sampel pasir gunung Merapi. Pasir tersebut penulis masukkan ke dalam botol air mineral yang penulis ambil dari tempat sampah. Selain itu, penulis juga membeli bola golf bekas yang dijual di pinggi jalan. Ya, pikir-pikir sebagai kenang-kenangan dari Gunung Merapi.

Gara-gara pasir dan bola golf tersebut, penulis sempat berurusan dengan petugas keamanan di Bandara Adi Sumarmo Solo. Kisahnya, ketika penulis hendak masuk ke ruang tunggu, ransel harus dicek terlebih dahulu. Di dalam ransel itu ada pakaian, makanan kecil, pasir Merapi, dan bola golf. Ketika penulis akan mengambil tas, petugas keamanan menanyakan isi tas.

“Apa isi tas ini?”
“Ada pakaian, makanan, pasir, dan oleh-oleh”, jawabku singkat.
“Maaf, tolong dibuka untuk kami cek terlebih dahulu”, ucap petuga keamanan bandara.
Pertama  yang penulis keluarkan adalah pasir Merapi yang dimasukkan ke dalam botol bekas air mineral.
“Ini pasir dari Kampung Mbah Marijan di Lereng Gunung Merapi”, ucap penulis sambil memperlihatkan pasir kepada petugas dan mengeluarkan isi tas yang lainnya.
“Yang bulat-bulat itu apa?” tanya petugas lagi.
“O…. itu bola golf dari Merapi”. Sebelumpetugas bertanya lagi, saya langsung menambahkan, “Kenapa Pak, apa seperti bom ya?”.
Petugas keamanan hanya tersenyum sambil mempersilahkan penulis merapikan barang bawaan lagi. Setelah duduk di ruang tunggu penulis bergumam, “Seandainya saya berjenggot, mungkin lebih lama lagi diinterograsi. Apalagi saat itu baru saja ada perayaan Natal bagi umat Kristiani”.

Kejadian tersebut langsung penulis ceritakan kepada kakak dan adik penulis yang turut mendaki ke kampung Kinah-bali-Rejo Lereng Merapi.
Mas Eko, kakak penulis langsung menimpali, “Mestinya bawa teken/tongkat seperti Mbah Kakung sekalian. Kemudian bilang ke petugas keamanan, “ini steak golf”. Hahahahaha