Istilah
'manihut' sangat populer di kalangan saduantri Pondok Gontor tahun 1980-an.
Selain populer, istilah itu juga memiliki konotasi dengan 'kerja bakti' ngecor
gedung.
Begini
ceritanya. Sebagai pondok yang mandiri, pekerjaan konstruksi bangunan, terutama
ngecor gedung bertingkat, selalu dikerjakan para santri. Tidak diborongkan
kepada kontraktor.
Alat yang
digunakan juga sederhana, mesin molen pengaduk pasir dan semen serta ember
plastik. Tidak ada alat berat seperti sekarang.
Pekerjaan
dilakukan secara bergilir dan terjadwal, mulai pagi sampai malam.
Berkesinambungan, tanpa ada jeda waktu, supaya hasil cor-corannya bagus.
Santri
senior mengkoordinir santri yunior, di bawah komando ustadz (guru). Saat itu,
ustadz Abdullah Mahmud (alm) yang memberi komando. Suara beliau yang lantang,
akan selalu dikenang para santri.
Nah, yang
menarik dari kerja bakti ngecor tersebut, setelah selesai ngecor, para santri
mendapat jatah 'manihut' atau singkong rebus.
Meskipun
hanya singkong, nikmatnya luar biasa.
Sampai
sekarang bangunan hasil kerja bakti santri masih kokoh, seperti gedung Saudi I,
II, dan III. Ga percaya, silahkan berkunjung ke Gontor. Buktikan sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar