Kamis, 24 Mei 2012
MAKNA SEBATANG PENSIL
Minggu, 20 Mei 2012
BAKMI JAWA KADIN
Di Jalan Bintaran Kulon Jogjakarta ada warung Bakmi Jawa dan Bajigur Kadin yang ASLI. Demikian nama warung itu. Kadin itu sendiri singkatan dari Karto Kasidin. Warung ini berdiri sejak tahun 1940-an, sebelum Indonesia merdeka. Saat itu penulis juga belum lahir. Jadi sudah berusia sekitar jutuh puluh dua tahun. Sehingga bakmi KADIN sudah melegenda. Bangunan juga sangat sederhana, beratap seng dan tiang dari kayu. Tidak ada AC, yang ada hanya kipas angin.
Yang menarik dari Bakmi Kadin, selain rasanya –yang ini sudah pasti—adalah cara memasak yang masih tradisional, yaitu dengan arang kayu di dalam tungku dari tanah. Tidak memakai kompor dengan gas elpiji sebagaimana di restoran modern. Uniknya lagi, di dalam warung itu, ada empat rombong untuk tempat masak. Pada awalnya saya kira masing-masing rombong beda penjual, ternyata milik satu orang.
“Semakin malam semakin ramai”, ucap Agus kakak saya yang menemani makan malam.
Pembelinya dari berbagai etnis. Ada China, Jawa, dan Arab. Artinya, sensasi rasa bakmi KADIN ini dapat diterima semua etnis.
Bakmi KADIN enak disantap dalam keadaan panas. Nah bagi mereka yang gemar makanan pedas, di meja makan disediakan cabe rawit hijau. Untuk menambah nikmat, Anda bisa minum wedang jahe. Waah…… pasti bisa buat badan kempringet (berkeringat).
Masalah harga, jangan khawatir. Untuk satu porsi hanya delapan belas ribu rupiah. Itupun isinya banyak. Murah bukan. Nah, jika Anda ke Jogjakarta, jangan lupa mampir ke Bakmi KADIN ASLI di Jl. Bintaran Kulon supaya tidak penasaran.
Jumat, 18 Mei 2012
NASI JAMBLANG MANG DUL CIREBON
NASI JAMBLANG MANG DUL CIREBON
Jl. Cipto Mangun Kusumo (Perempatan Grage) Cirebon
Nikmat…. Lezat….Mantap….. Mak Nyusssssssss…..
Itulah kesan penulis saat menyantap Nasi Jamblang Mang Dul untuk sarapan pagi di Cirebon. Salah satu wisata kuliner di Cirebon adalah Nasi Jamblang Mang Dul yang berlokasi di perempatan Grage, jalan Cipto Mangun Kusumo Cirebon. Sensasi makanan khas Cirebon ini membuat para pengunjung ketagihan untuk kembali lagi dan kembali lagi. “Setiap kali ke Cirebon saya mesti mampir ke Nasi Jamblang Mang Dul. Ga lengkap rasanya jika tidak makan Nasi Jamblang Mang Dul”, ungkap seorang pembeli dari Jakarta.
Nasi Jamblang Mang Dul dirintis sekitar empat puluh tahun yang lalu oleh Pak Abdul Razak (almarhum). Usaha yang ada sekarang ditangani oleh anak-anaknya. “Bapak saya merintis warung ini mulai tahun 1970-an dan setelah beliau meninggal, anak-anaknya yang meneruskan usaha”, ujar salah satu putrid pak Razak yang menjadi kasir sambil menambahkan saat ini cabangnya ada di Matahari dan Cirebon Super Blok.
Sensai Nasi Jamblang Mang Dul bisa dilihat dari rasa, cara penyajian, pilihan menu, pengaturan tempat duduk, dan cara pembayaran. Begitu datang, calon pembeli biasanya langsung memberi jumlah nasi yang diinginkan. Misalnya dua atau tiga bungkus. Maka sang pelayan akan menyiapkan nasi sesuai dengan pesanan tersebut.
Nasi Jamblang disiapkan dalam ukuran sekepal kecil dan dibungkus dengan daun jati. Berbeda dengan nasi timbel yang dibungkus dengan daun pisang. Daun jati ternyata memberikan aroma tersendiri, yaitu wangi. Sejak dulu kala, para nenek moyang kita memang telah memakai daun jati untuk bungkus membungkus. Seperti di kampung penulis dulu, biasanya kalau ada kenduri, para tamu selalu pulang dengan membawa nasi ‘berkat’ yang dibungkus dengan daun jati. Nah, inilah salah satu kekhasan Nasi Jamblang Mang Dul yang tidak menggantikan daun jati dengan platik atau kerta minyak sebagaimana sering kita temukan di warung-warung lainnya.
Setelah mendapat nasi dengan alas daun jati dan ditarus di atas piring dari melamin, pembeli bisa memilih aneka lauk yang tersedia. Pilihannya banyak sekali. Ada tahu sayur, tempe goreng, telur dadar, paru-paru kering, bergedel, otak goreng, sate usus, ikan tongkol, semur gading sapi, dan aneka pepes (kerang, udang, cumi-cumi, kepiting). Untuk lauk pauk sistem layanan di sini memakasi sitem self service. Hanya nasi dan sambal yang dilayani oleh pelayan.
Nah supaya tidak lupa berapa lauk yang diambil, pembeli biasanya sebelum makan mengecek kembali jumlah dan jenisnya. Ada juga pelanggan yang saking berhati-hatinya supaya tidak lupa, biasanya sebelum makan, minta pelayan untuk menghitung harga. Dengan cepat dan tangkas, pelayanan tersebut menghitung memakai kalkulator dan kemudian menyerahkan catatan harga dalam kerta kecil.
Masalah harga, tidak perlu khawatir. Sangat murah dibandingkan dengan sensari rasa yang kita peroleh. Seperti yang penulis alami, pada hari Sabtu pagi (19/05/12), penulis makan dua bungkus nasi dengan empat jenis lauk (tahu, tempe, paru-paru, dan telur dadar plus sambal) dengan minuman the tawar (gratis). Mau tahu berapa harganya? Hanya tiga belas ribu rupiah.
Keunikan lain di warung Mang Dul ini adalah posisi tempat duduk. Tempat duduk di sini berbeda dengan desain di kafe atau restoran lainnya. Jika di kafe didesain supaya pemberli bisa berlama-lama menikmati makanan dengan iringan musik, di warung Mang Dul, tempat duduknya berupa kursi panjang dari kayu, cukup untuk lima orang per kursi. Demikian juga mejanya. Dengan desain seperti ini, orang tidak bisa berlama-lama di warung. Maka jarang kita menemukan orang yang makan terus dilanjutkan dengan ngobrol atau membuka lap top, seperti yang biasa kita temukan di kafe atau restoran modern.
Para pembeli tenggelam dalam sensasi rasa makanan tradisional ala Mang Dul. Tidak ada aktifitas lain kecuali menikmati makanan. Oleh sebab itu, begitu makanan habis, biasanya pembeli tidak berlama-lama di warung. Mereka langsung menemui juru hitung dan kemudian membayar ke kasir terus pulang. Karena pengunjung lainnya sudah antri untuk duduk di bangku.
Hanya saja, menurut penulis, ada satu kekurangan Nasi Jamblang Mang Dul, yaitu tidak ada sayur dan buah. Jangan diharap Anda bisa menemukan sayur di sini, sebagaimana bisa kita temukan di warung tradisional lainnya, seperti sayur asem, lalapan, sayur lodeh, atau oseng-oseng kangkung. Di sini yang ada sayur tahu, yaitu tahu yang dimasak dengan kuah, tetapi sekali lagi, tidak ada sayurnya. Kuah yang ada disiapkan bari pembeli yang tidak bisa makan ala keringan alias tanpa kuah. Maka satu-satunya kuah adalah kuah tahu tersebut. Demikian juga jangan diharap Anda bisa menemukan buah-buahan untuk penutup makan. Seandainya Nasi Jamblang dilengkapi dengan sayur dan buah pasti sensasi makanan akan semakin lengkap.
Ada nilai-nilai moral yang kita temukan dari Warung Nasi Jamblang Mang Dul. Yang paling utama dan penting menurut penulis adalah nilai kejujuran. Seorang pembeli harus jujur ketika menyebutkan jumlah nasi dan jenis lauk yang dimakan. Karena sistem layanan yang ada, pembeli memesan nasi,mengambil lauk, makan, baru membayar. Dengan sistem seperti ini, seandainya ada orang yang tidak jujur, misalnya makan empat bungkus nasi dan lima lauk, tetapi menyebutkan dua bungkus nasi dan tiga lauk, tidak ada pelayan atau kasir yang tahu. Hanya pembeli yang jujurlah yang bisa menikmati sensasi rasa nasi Jamblang Mang Dul.
Nilai moral lainnya adalah kesabaran dan kepedulian terhadap pembeli yang lain. Sabar saat memesan nasi dan mengambil lauk, karena sistem antrinya tidak diatur sedemikian rupa. Sikap kepedulian kepada pengunjung lain yang menunggu giliran duduk, dengan cara tidak berlama-lama ngobrol di warung jika makanan sudah habis.
Terkait dengan nilai kejujuran, penulis pernah bertanya kepada pemilik warung mengapa tidak membuka cabang di Ibu Kota Jakarta. “Di Jakarta masih sulit untuk menemukan orang jujur. Bisa jadi malah rugi jualan nasi Jamblang di Jakarta”, ucap sang kasir yang nota bene anak dari Pak Abdul Razak (almarhum). Benar juga apa yang dikatakan kasir tersebut. Artinya, kejujuran saat ini menjadi sesuatu yang sangat mahal di tengah-tengah kehidupan modern seperti sekarang ini. (BangS).
Cirebon, 19 Mei 2012
07.57 am.
Jumat, 11 Mei 2012
TAHU PONG DAN PECEL SEMANGGI Jalan Depok Semarang
Pernah dengar nama Tahu Pong? Tahu Pong mentah, biasa kita temua di supermarket. Biasanya dibungkus dengan kain putih direndam dalam air supaya awet. Di Semarang, Tahu Pong menjadi wisata kuliner tradisional yang menggugah sensasi selera makan kita.
Adalah di Jl. Depok Semarang Tengah, sebut saja Pak Wagimin, penjual tahu pong tersebut.
“Tahu Pong itu apa sih Mas?”, tanya penulis kepada penjual
“Yaitu tahu goreng dimakan dengan kuas kecap dan cuka ditambah sambal dan acar. Ya, seperti empe-empe Palembang lah”, ungkapnya sambil menambahkan jika ingin Tahu Pong Komplit, bisa ditambah dengan bakwan udang dan telur rebus.
Wah…… mak nyossssss dimakan di malam hari saat udara dingin.
Masalah harga, jangan khawatir. Untuk lima belas biji tahu, cukup dengan 10 ribu rupiah saja.
Usai menikmati Tahu Pong, saya menyusuri jalan Depok yang memang penuh wisata kuliner. Di sepanjang jalan itu ada banyak pilihan tempat makan: Istana Mie dan Istana Cobek, Mie Bandung, Gudeg Jogja, Nasi Uduk Kebon Kacang, Bubur Ayam Cianjur dan yang paling menarik bagi penulis adalah “Nasi Pecel Daun Semanggi Mbak Anik”.
“Sudah berapa lama buka warung di sini Ibu?”, tanya penulis mengawali obrolan dengan penjaja.
“Ini buka pertama kali. Selama ini kita jualan Gudeg di sebelah sana”, jawabnya sambil menunjukan perabot dan spanduk tenda yang masih gres alias anyar.
“Gaimana rasanya Mas?”, tanya dia kembali.
“Enak. Sambalnya khas, ada perpaduan manis dan pedes. Krupuk rambaknya juga bikin nikmat. Kalau ditambah timun iris atau kembang turi lebih nikmat lagi”, ungkap penulis.
Untuk pilihan lauk, ada ayam, bakwan udang, sate keong, tahu tempe bacem. Makanan dihidangkan dengan piring stainless yang dilapisi daun pisang, bisa dengan nasi atau lontong.
Wah… pokoknya nikmat, murah, dan higinis sebab satu porsi kurang lebih 10 ribu rupiah saja.
Senin, 7 Mei 2012
ISTANA MIE Jl. Depok Semarang
Nama Semarang identik dengan berbagai jenis wisata kuliner. Ada lontong cap gomeh yang rasanya tidak hanya tradisional Semarang, tetapi juga sudah mulai berkolaborasi dengan rasa luar negeri. Ada lunpia khas Semarang dengan isi rebung, udang, ayam cincang, disajikan dengan saus asam manis. Wah…. Nikmat banget.
Di jalan Depok Semarang, ada rumah makan Istana yang menawarkan berbagai pilihan. Ada Istana Mie, Istana Suki, dan Istana Cobek. Di rumah makan yang didomnasi warna orange dan merah ini Anda bisa memanjakan selera makan sambil berileksasi atau santai. Duduk di kursi merah yang dipadukan dengan meja warna kuning sambil menikmata acara TV layar lebar.
“Apa menu special atau khas Istana?”, tanyaku kepada pelayan yang menyodori daftar menu.
“Mie Istana, lengkap dengan siomay, tahu, bakso, pangsit, dan bakso goreng”, ucap pelayan dengan pakain warna merah hitam tersebut.
“Ok, saya pesan itu”, jawabku singkat.
Tidak lama kemudian pelayan mengantarkan pesanan saya dengan membawa dua mangkok.
“Saya hanya pesan satu porsi”, ucapku mengingatkan pelayan.
“Memang satu porsi tapi dihidangkan di dua mangkok”, jawab pelayan sambil menaruh mangkok di atas meja.
Satu mangkok berisi mie yang sudah dicampur dengan daging ayam dan sayur sawi. Sedangkan mangkok satunya lagi berisi tahu, bakso, siomay, bakso goreng, dan kuah.
Dihidangkan dalam keadaan panas, pasti lezat.
Bagi penggemar suki, di rumah makan ini juga tersedia berbagai macam suki. Ada suki aneka bakso, suki daging sapi, suki daging ayam, suki udang, dan suki seafood dengan dua pilihan kuah, yaitu kuah ayam dan kuah tom yam. Dengah harga mulai dari 23 ribu sampai 30 ribu per porsi.
Jika Anda penggemar makanan tradisional, Istana Cobek menawarkan berbagai pilihan menu. Ada nasi uduk/putih lauk ayam, empal, anek ikan laut dan tawar yang dimasak goreng atau bakar dengan sambal trasi/tomat. Untuk sayuran adan peting kangkung, gudangan, gado-gado, sayur asem, dan janganan.
Mari kita cintai dan populerkan wisata kuliner nusantara.
Ahad, 6 Mei 2012
Minggu, 06 Mei 2012
GULAI KEPALA IKAN MAS AGUS Jl. Kartini No. 10 Cirebon
Di jalan Kartini Cirebon banyak pilihan kuliner. Ada bebek goreng Mas Slamet Asli Kartosuro dan Gulai Kepala Ikan Mas Agus. Tempatnya bersebelahan. Sepertinya ada kerjasama antara dua rumah makan ini. Bila kita masuk ke bebek goreng, daftar menu yang ditawarkan juga ada gulai kepala ikan. Demikian sebaliknya.
Ada dua pilihan menu,yaitu gulai kepala ikan dan tom yam kepala ikan. Kali ini saya mencoba tomyam kepala ikan. Rasa pedes, panas, dan asem, membuat selera makan bertambah. Apalagi jika ditambah sambal hijau. Wah…… menggugah selera betul.
Sambutan yang hangat dari pelayan membuat kita merasa di rumah sendiri.
“Silahkan duduk dengan santai…. Hidangan ini usahakan dinikmati sesuai dengan tata cara yang benar”, demikian ucapan selamat datang yang ditempel di dinding. Maklum, semua pelayan di sini laki-laki.
Nah untuk bisa menikmati gulai kepala ikan, Anda perlu mengikuti tips atau panduan cara makan gulai kepala ikan.
10 cara menikmati gulai kepala ikan Mas Agus.
- Cuci tangan yang bersih ya…karena akan lebihenak bila menikmatihidanan ini dengan tangan langsung hm…h.mmmm tradisi jaman dulu.
- Jangan lupa berdoa sebelum makan
- Singsingkan lengan baju (bila pakai baju dengan panjang lhooo….)
- Ambil daging ikan setahap demi setahap. Mulai dari ekor mengarah ke kepala
- Durinya yang besar dicabut….. pegang dengan tangan masukkan pelan pelan ke mulut ditarik durinya dimakandagingnya sambil mata terpejam……. Mak nyus……
- Taruk duri dan tulang di piring yang telah disediakan
- Jangan lupa kuahnya diseruput pakai sendok hmmmm hmmmmmmm anget… anget seger manis, pedas, penuh rempah yang menyehatkan
- Sampai dech bagian puncak kepala ….pelan dibelah….disruput sedikit demi sedikit…dikunyah dagingnya nyam…..nyam……
- Terhidang juga sepiring nasi putih hangat, daun singkong…sambel ijo yang pedas seger… lengkap dan mengenyangkan
- Setelah tiada tersisa daging di atas piring….selesai sudah acara menyantap ikan ini. Cuci tangan dengan sabun yang bersih wangi… lap sampai kering…jangan lupa hidanganpenutup segelas juice buah segar…. Hm ….dingin
Selesai … kembalikan lengan baju, rapi… lalu kemana lagi ya…… Jangan lupa doa sesudah makan … lalu bayar ke kasir.
Masalah harga, jangan khawatir. Sangat terjangkau. Untuk gulai kepala ikan cukup dengan Rp. 13.000 sedangkan untuk bumbu tomyam cukup dengan Rp. 15.000. Murah bukan.
Sabtu, 5 Mei 2012
05.28 pm