Jumat, 06 April 2012

TAJAMMU’ ALUMNI 88

Ini sisi lain dari Silatnas Alumni Gontor di Cirebon (23-25 Maret 2012). Selain acara yang sudah disusun panitian, peserta silatnas melakukan tajammu’ sesuai tahun tamat mereka. Justru tajammu’ inilah yang lebih gayeng dan asyik dibanding seminar yang digelar panitia.

Tulisan ini khusus mengulas tajammu’ angkatan 88. Mungkin tidak terungkap oleh peserta Silatnas yang lain. Dan mungkin kurang relevan bagi alumni lain. Tapi, sulit dilupakan oleh alumni 88. Mengapa? Pada saat para alumni memilih tinggal di Pusdiklat Korpri di Jalan Cipto Cirebon, alumni 88 memilih tajammu’ dan nataqahwah di kediaman Faizal Sawil yang berada di dekat Pusdiklat Korpri.

“Para alumni 88 yang akan hadir di Silatnas Cirebon, tempat tajammu’ adalah di rumah Faizal Sawil. Jaraknya tidak jauh dari tempat Pusdiklat Korpri. Bisa jalan kaki dari jalan Setiabudi”. Demikian pengumuman di Face Book yang ditulis oleh Bahruddin Syuaib.

Di rumah tingkat dua itulah para alumni 88 berkumpul untuk berbagi cerita dan pengalaman. Yang mengasyikkan adalah menu makan yang serba ikan.

“Saya pagi-pagi sudah pergi ke pasar untuk beli ikan. Saya yang masak. Saya kan thabbakh mahir”, ungkap Wildan Abdul Malik ketika menawarkan makan kepada alumni 88.

Menu ikan yang ada dimasak bervariasi. Ada yang dibakar, digulai, dan disop. Sambalnya juga mantap. Mengalahkan sambal di Restoran Manado Jalan Arteri Jakarta atau restoran Ole-Ole Jalan Setiabudi Cirebon. Rugi rasanya mereka yang tidak hadir. Karena ikannya masih fresh dari laut dan kaya protein. Yang membuat asyik lagi adalah suasana makan bareng sesama alumni 88. Suasana ini yang tidak bisa dihargai dengan materi.

Tentang topik tajammu’ dan nostalgia, yang paling mendominasi adalah Ali Tanjung dan Syafril Sofwan. Maklum keduanya ahli hukum. Apalagi saat itu kita lagi bicara tentang kasus-kasus hukum di Indonesia. Tentu saja cerita lengkapnya tidak bisa saya ceritakan di sini karena off the record.

Di tengah-tengah bercerita, tiba-tiba Ali Tanjung menerima SMS. Isinya, pak kyai Panji Gumelang akan datang ke tempat Silatnas sepuluh menit lagi. Karena itu, alumni 88 langsung menuju tempat Silatnas. Menggunakan mobil Alphard milik Ali Tanjung dan sebagian lagi menggunakan mobil pribadinya.

“Baru kali ini saya naik Alphard”, ungkap seorang alumni 88.

Saat bertemu dengan Pimpinan Pondok Azzaitun tersebut, ada alumni 88 yang tanya.

“Kaifa halukum Ustadh?”

“Ana ahrar. Mafi musykilah. Mafi Kasus”, jawab Ustah Panji sambil mengangkat kedua tanggannya dan melempar senyum kepada yang menyalaminya.

Kemudian Ali Tajung sebagai pengacaranya, memperkenalkan alumni 88 satu persatu.

“Ini Safril Sofwan, sedang menyelesaikan program doktor di bidang hukum”, ungkap Ali Tanjung.

“Wah… bisa menjadi saksi ahli”, ungkap Panji Gumelang yang langsung disambut dengan tawa para alumni lainnya.

Tidak lama setelah Ust Panji meninggalkan tempat Silatnas, Kyai Syukri Zarkasyi datang. Entah kenapa, saat itu, para alumni senior tidak menyambutnya dengan antusias. Mereka asyik ngobrol dengan temannya sendiri. Peluang inilah yang dimanfaatkan alumni 88 untuk audiensi dengan ust Syukri.

“Mari-mari duduk sini”, ajak ust Syukri seraya mengambil posisi duduk.

Kali ini gantian Syafril Sofyan yang memperkenalkan Ali Tanjung ke ustadh Syukri.

“Ini Ali Tanjung, pengacara yang membela Ust Panji Gumelang”, kata Syafril.

Dikelilingi alumni 88, Ust Syukri bercerita banyak hal. Tentang pendidikan di Gontor, kiprah alumni, dan acara silatnas.

“Alumni gontor ada dimana-mana. Yang membuat mereka berhasil seperti ini bukan hanya pendidikan di kelas tetapi justru penugasan-penugasan yang diberikan”, ungkap ust Syukri mengawali bincang-bincang malam itu.

Sekretaris saya, tambah ust Syukri, selain harus bisa membuat konsep surat dan pidato, juga harus bisa membuat teh dan kopi untuk tamu-tamu saya. Kalau ada waktu, juga harus bisa mengurut”, ujarnya yang langsung disambut tawa oleh alumni 88. Hahahahaha (BangS-Alumni 88)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar