Sejak
duduk di bangku sekolah dasar dulu, yang saya ketahui tentang Bangka adalah
timah dan lada putih. Dua sumber daya alam inilah yang membuat nama Bangka
dikenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional. Muntok
White papper (lada putih Muntok) merupakan produk unggulan di kancah
internasional.
Saya
sudah empat kali ke Bangka. Selalu ada daya tarik tersendiri di setiap lawatan
atau kunjungan. Selain timah dan lada putih, Bangka masih menyimpan banyak hal
lagi. Keindahan alamnya yang luar biasa. Pantai Perai yang terletak Tanah Liat
Bangka. Kurang lebih 40 km dari kota Pangkal Pinang ibu kota Bangka.
Pasir
putih yang indah di sepanjang pantai, membuat para pengunjung betah berlama-lama di sana. Udaranya
segar dan airnya bersih serta jernih karena belum kena polusi. Ditambah batu-batu
karang yang menjulang tinggi di sepanjang pantai. Plus aneka makanan sea food di
setiap café atau resort di pinggir
pantai. Ya, itulah yang membuat kita betah dan berlama-lama di pantai Perai
Bangka.
Di
dekat Pangkal Pinang, juga ada pantai Pasir Padi. Di sini pelawat bisa
dimanjakan dengan aneka makanan laut. Makan ikan bakar sambil melihat ke arah
laut. Ditemani dengan es kelapa muda. Wah…. Sempurna betul makan siang di
Pantai Pasir Padi.
Bicara
masalah kuliner, di sini ada krupuk Bangka. Inilah yang biasa dijadikan
oleh-oleh mereka yang berkunjung ke sini. Untuk makanan tradisional, ada satu jenis
makanan khas Bangka yang belum banyak diketahui oleh mayoritas pelawat. Namanya
adalah sayur Lempah Darat.
“Disebut
lempah (sayur) darat karena
bahan-bahannya ada di darat dan mudah didapat. Bahan utamanya adalah ubi dan
pelepah tales”, ungkap guru SD yang makan siang di dekat penulis sambil
menambahkan disa dicampur dengan sayur lainnya, sesuai selera, seperti kacang
panjang atau terung kecil.
“Lho
kalau bahannya dari laut, disebut lempah laut dong”, kata pak Imam dari
Puspendik menimpali obrolan saat makan siang.
Pada
awalnya penulis mengira sayur lodeh
seperti di pulau Jawa. Tetapi setelah
mencicipi, ternyata bukan sekedar sayur lodeh. Karena bahan dan cara masaknya
berbeda dengan sayur lodeh. Rasanya pasti berbeda.
“Bagi
penduduk Bangka, hajatan keluarga tidak terasa sempurna tanpa sayur lempah
darat. Karena inilah jati diri kuliner di Bangka”, ungkap peserta pelatihan
penulisan soal saat makan siang.
Untuk
masak sayur lempah darat, cukup dengan tiga jenis bumbu, yaitu garam, terasi,
dan cabe. Sederhana sekali. Tidak pakai
bawang merah atau bawang putih. Juga tidak pakai lada meskipun Bangka terkenal
penghasil lada.
“Kalau
tidak bisa masak, terasa gatal”, ungkap seorang guru SD yang sedang mengikuti
pelatihan penulisan soal saat makan siang.
“Lempah
darat cocok dimakan pada siang hari dipadukan dengan ikan asin”, jelas pak
Natsir pegawai Dinas Pendidikan Provinsi yang mendampingi penulis selama di
Bangka.
Tidak
semua rumah makan, tambah pak Natsir, menyediakan menu sayur lempah darat.
Karena itu, rumah makan yang menyediakan menu lempah darat biasanya selalu
penuh pengunjung.
Untuk
bisa merasakan sayur lempah darat, ada cara makannya sendiri. “Makan sayur ini
akan terasa lebih nikmat kalau dipisahkan dari nasi alias ditempatkan di
mangkuk tersendiri”, ungkap Ibu Kepala Sekolah SD kepada penulis.
Wah…nikmatnya
makan siang kali ini. Alhamdulillahi
alladhi ath’amana wa saqana wa ja’alana muslimin. (BangS, Hotel Griya
Tirta, Pangkal Pinang, 1 April 2012)
Mohon info lengkap harga ke saya gan
BalasHapus