Rabu, 20 Juni 2012

ULANG TAHUN YANG MENGHARUKAN


Terharu. Sekali lagi terharu.  Itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan  ulang tahun ke-42 saya pada hari Selasa, 29 Mei 2012 di kantor Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Bagaimana tidak terharu. Mulai dari kue, doa bersama, nyanyian ulang tahun, dan potong kue, disiapkan dengan penuh kejutan atau surprise. Semuanya di luar dugaan saya. Padahal saya tidak memberitahu siapapun di BSNP bahwa hari  ini adalah hari jadiku. Ya, betul-betul surprise buat saya peristiwa hari ini.  


 Berdoa bersama sebelum pemotongan kue ulang tahun di ruang sidang BSNP. Doa dipimpin oleh
 Teuku Ramli Zakaria, Anggota BSNP. Dari kiri ke kanan, Prof. Djemari Mardapi,
 Prof Gaguk Margono, Prof Edy Tri Baskoro, penulis, Prof M. Aman Wirakartakusumah, 
Dr.Teuku Ramli Zakaria, dan Pendeta Weinata Sairin.

Saya merasa teman-teman di sekretariat dan keuangan begitu perhatian dan peduli kepada saya.  Meskipun dalam suasana sederhana, tapi  penuh makna yang tak terlupakan dalam sejarah hidup saya. Yaitu makna kebersamaan, kekeluargaan, keakraban, dan keharmonisan. Subahanallah. Allahu Akbar. Semoga Allah membalas ketulusan dan kebaikan mereka dengan imbalan yang berlipat ganda. Amin.

Bagi saya ulang tahun adalah siklus kehidupan yang biasa. Tidak perlu ada acara yang istimewa. Saya hanya melakukan sujud syukur atas usia, rezeki, kesehatan, dan rahmat Allah yang telah berikan kepada saya selama ini. Dalam hal ini saya bisa dikatakan termasuk orang yang memegang paham konvensional.

Namun hari ini saya sangat terkejut, ketika ada kue ulang tahun di kantor BSNP. Lebih-lebih saat berdoa dan menerima ucapan selamat ulang tahun dari Ketua, anggota, dan staf sekretariat BSNP. Saya juga penasaran, siapa desainer di balik kejutan hari ini. Untuk menghilangkan rasa penasaranku, saya memberanikan diri mengajukan pertanyaan. 


 Potong kuenya....potong kuenya...potong kuenya sekarang juga.......


“Dari mana Ibu tahu hari ini hari ulang tahun saya?”, tanyaku kepada Ibu Lina bagian keuangan dengan penuh keharuan.
“Tadi malam alarm handphone saya berdering”, jawab bu Lina sambil tersenyum.  

Secara terpisah, bu Ning ketika saya tanya dengan pertanyaan yang sama juga memberikan jawaban senada.
“Kita ada catatan tersendiri Pak”, ungkapnya dengan penuh keakraban.

Selain dari anggota dan staf BSNP, ucapan selamat ulang tahun juga datang dari Pak RT 02/12. Melalui SMS, pak Sumradi mengucapkan selamat ulang tahun.
“Selamat Ulang Tahun Pak Bambang. Semoga panjang umur, sehat, murah rezeki,sukses dalam membina rumah  tangga dan karir serta  senantiasa dalam lindungan  Allah SWT. Amin”. Dari Sumradi dan keluarga.

Lain lagi ucapan selamat dari mahasiswa pascasarjana fakultas psikologi. “Dan kesejahteraan semoga selalu  dilimpahkan kepadaku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. Happy birth day”.

Dari pihak fakultas psikologi, ada Sdri Rini, Senja dan Sri Mulyati yang turut mengucapkan ulang tahun pada hari ini.

Anehnya, istri dan anak-anak saya sendiri lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahunku. Mereka belum mengucapkan ulang  tahun ketika saya sudah menerima ucapan ulang  tahun dari berbagai pihak. “Barang kali istri dan anak-anak lupa, sebab saat ulang tahun anakku yang pertama saya juga lupa”, pikirku dengan positif.

Pada sore hari menjelang maghrib, istri saya pulang dari tempat kerja, UIN Jakarta. Saat itulah saya membuat kejutan baginya. Begitu masuk rumah langsung saya sambut dengan pertanyaan, “Lupa ya hari ini tanggal 29 Mei?”.
“Ya Allah….Abi ulang tahun”, jawab istri  sambil memelukku erat-erat.

Setelah cipika-cipiki, saya menelpon anak-anak di Malang mengingatkan mereka kalau hari ini ulang tahun.
“Tadi Ara telpon, tapi Abi belum pulang”, ungkap anakku nomor tiga mengawali pembicaraan. Kemudian secara bergantian tiga anak saya mengucapkan selamat ulang tahun kepada saya.
“Abi ulang tahun ke berapa hari ini?”, tanya anak nomor pertama yang saat ini duduk di kelas VI Madrasah Ibtidaiyah.

“Ulang tahun ke-42”,jawabku sambil menjelaskan angka empat artinya saat ini saya dikarunia empat anak, yaitu Icha, Uding, Ara, dan Rafi. Sedangkan angka 2 (dua) artinya kedua orang tua (bapak dan ibu). Angka dua juga berarti, Rafi, anak keempat saya saat ini berusia dua tahun.  Empat ditambah dua menjadi enam, yang berarti rukun iman. Angka enam juga berarti bahwa anak pertama saya saat ini duduk di kelas enam dan baru saja ikut Ujian Nasional pada bulan April yang lalu.

Tetapi, tambahku, selain arti angka 42 tersebut, ada yang lebih mengharukan.
“Apa itu bi?”, tanya anakku dengan rasa ingin tahu.
“Tahu gak…. Pada saat teman-teman dan kerabat Abi di tempat kerja mengucapkan ulang tahun,bahkan mendoakan dan menyediakan kue ulang tahun, Mama malah lupa kalau hari ini ulang tahun Abi”.
“Ya Allah……kok bisa Bi?”, komentar mereka dengan penuh keheranan.
“Ya bisa namanya juga manusia”, jawabku singkat.

Itulah kisah ulang tahun yang mengharukan. Menjadi sejarah tersendiri dalam kehidupan saya dan tidak pernah akan saya lupakan. Apapun yang terjadi, saya hanya bisa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, kerabat, sahabat, dan teman di BSNP, Fakultas Psikologi, dan perumahan Alam Cirendeu. Semoga Allah menerima kebaikan mereka dengan memberikan imbalan yang berlipat ganda di dunia dan akhirat. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar