Salah satu proses adaptasi atau
penyesuaian diri yang harus dialami santri adalah adaptasi dengan makanan.
Kebutuhan terhadap makanan dalam istilah Maslow disebut dengan basic need. Jika
urusan makanan ini tidak terpenuhi atau teratasi, sangat berpotensi menimbulkan
masalah. Selain adaptasi terhadap makanan, adalah adaptasi dengan disiplin dan
keilmuan.
Di Pondok Pabelan, ada menu khas
yang selalu dikenang para santri, yaitu sayur tumiskangkung. Seingat saya,
dalam seminggu, sekurang-kurangnya tiga kali makan tumiskangkung. Lauk
pendampingnya biasanya adalah tempe goreng atau rempeyek kacang.
Bagi santri baru, sebagian ada yang
mengalami kesulitan beradaptasi dengan pola makan di pondok. Oleh karena itu,
mereka biasa diberi bekal lauk tambahan oleh orang tua. Bagi saya, lauk bekal
favoritku adalah sambel pecel dan serundeng, yaitu parutan kelapa digoreng
kering.
Sayur kangkung, saat ini ternyata
menjadi menu Andalan di berbagai restoran. Cuma namanya agak beda, yaitu Cah
Kangkung, meskipun cara masaknya tidak jauh berbeda.
Bahkan di Lombok, kangkung menjadi
kuliner favorit, dengan sebutan plecing kangkung.
Nah, apakah sayur tumiskangkung di
Pondok Pabelan sekarang masih menjadi menu utama santri?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar