Pendidikan adalah pilar kebangkitan sebuah
bangsa. Banyak bangsa besar di dunia menjadi maju dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni karena maju dalam
bidang pendidikan. Pendidikan memberikan nilai tambah atau added values tersendiri bagi sebuah bangsa. Jepang, Korea Selatan, Australia
dan Singapura adalah contoh nyata dari bangsa yang telah maju karena kemajuan
dalam bidang pendidikan.
Demikian pesan Komaruddin Hidayat Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ketika membuka acara International Conference on Measurement and
Evaluation in Education and Psychology di Syahida Inn, Jumat
(21/9/2012). Konferensi ini merupakan rangkaian acara
milad ke-10 Fakultas Psikologi UIN Jakarta dan diselenggarakan
bekerjasama dengan Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI).
Menurut Komaruddin, fakultas psikologi,
termasuk Fakultas Psikologi UIN Jakarta, dituntut untuk menjadi center of excellence yang memiliki
kontribusi tidak hanya dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga dalam pengambangan karakter bagi
peserta didik yang akan menjadi penerus
masa depan bangsa.
“Fakultas Psikologi harus menghasilkan ilmu pengetahuan melalui penelitian dan kajian
ilmiah, terutama pada tingkat pascasarjana. Hasil-hasil penelitian ini
selanjutnya diseminarkan dalam fórum
ilmiah seperti konferensi ini dan diterbitkan dalam sebuah jurnal ”, ungkapnya
seraya menambahkan idealnya rasio mahasiswa
di sebuah fakultas adalah 60% dan 40% untuk jenjang S1 dan S2.
Lebih lanjut Komaruddin memberikan ilustrasi,
bangsa China sanggup melakukan investasi selama 350 tahun untuk membangun
tembok besar (Great Wall) karena
mereka memiliki impian supaya bisa
bertahan untuk ribuan tahun ke depan. Setelah berhasil membangun Great
Wall, bangsa China membangun tembok kedua, tetapi tidak dalam bentuk fisik,
melainkan dalam bentuk pendidikan dan budaya. Mereka tahu pendidikan adalah
pilar kebangkitan sebuah bangsa.
Sebagai pembicara utama dalam konferensi ini adalah Prof. Peter Paul
Moormann, Ph.D dari Universitas Leiden Belanda, yang menyampaikan paper dengan
judul “Difficulties and stumbling blocks
with measurement in psychodiagnostics”. Sehari sebelum konferensi, Peter juga
menjadi pemateri workshop tentang “The
Bermond Vorst Alexithymia Questionnaire (BVAQ)”.
Sementara itu secara terpisah, Jahja Umar Dekan Fakultas Psikologi
mengatakan fokus konferensi kali ini adalah pengukuran dan evaluasi dalam
bidang pendidikan dan psikologi. “Tema
ini sesuai dengan visi Fakultas Psikologi UIN Jakarta untuk menjadi pusat
kajian psikologi kuantitatif”, ucap Jahja Umar seraya menambahkan pada tahun
2013 Fakultas Psikologi UIN Jakarta akan mengundang Bengt O. Muthen, untuk
memberikan pelatihan aplikasi software MPlus, yaitu sebuah software untuk
análisis statistik dengan variabel laten. (BangS)