Rapat Kerja Pimpinan atau Rakerpim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di
Cisarua, Bogor (17-19/1/2013) membahas tiga agenda utama, yaitu itu tata pamong
dan kepemimpinan, sistem pengelolaan, serta kinerja dan kemajuan UIN. Untuk tata pamong, Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) telah
menyetujui struktur organisasi UIN Jakarta. Sistem pengelolaan UIN
diimplementasikan berdasarkan sistem pengelolaan fungsional dan
operasional (planning, organizing, staffing, leading and controlling). Sementara pada kinerja dan kemajuan
disampaikan laporan kinerja tahun 2012, program unggulan tahun 2013, dan
rencana strategis UIN 2012-2031 serta masterplan pengembangan.
Komaruddin Hidayat Rektor UIN dalam laporannya mengatakan, ada perubahan
struktur UIN Jakarta sesuai dengan rekomendasi Menpan-RB Nomor
B/01/M.PAN-RB/9/2012. “Selain ada Senat dan Dewan Penyantun, juga ada Dewan
Pertimbangan dan Dewan Pengawas. Istilah Pembantu Rektor diganti dengan istilah
Wakil Rektor”, ungkap Komaruddin Hidayat sambil menambahkan anggota Dewan
Pengawas Adalah Bahrul Hayat dan Muhammad Yasin, keduanya merupakan Sekretaris
Jenderal dan Inspektur Jenderal Kemenag RI.
Selain itu, tambah Komarrudin, ada Satuan Pemeriksa Intern (SPI), Lembaga
Penjaminan Mutu (LPM) sebagai sebutan baru untuk Lembaga Peningkatan dan
Jaminan Mutu (LPJM). Sedangkan Lembaga Penelitian dan Lembaga Pengabdian pada
Masyarakat yang selama ini berdiri sendiri-sendiri, disatukan menjadi Lembaga
Pengabdian Pada Masyarakat dan Penelitian (LP2MP).
Hadir dalam Rakerpim ini Rektor, Wakil Rektor, Kepala Biro, Dekan, Wakil
Dekan, Kepala Bagian, Kepala Lembaga/Unit Pelaksana Teknis/Pusat Kajian, dan
Kepala Jurusan. Sebagai nara sumber
adalah Bahrul Hayat Sekretaris Jenderal Kementerian Agama dan Muhammad Yasin
Inspektur Jenderal Kementerian Agama. Tempat Rakerpim tahun ini sengaja dipilih
di luar kampus supaya peserta lebih bisa fokus dan konsentrasi dalam mengikuti
rangkaian acara yang telah direncanakan.
Amsal Bakhtiar, Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum mengatakan mulai
tahun 2013 akan diterapkan sistem remunerasi. Pejabat Pembuat Komitmen atau PPK
yang selama ini terpusat di Rektorat dikembalikan ke fakultas. “Ada satu
PPK untuk APBN dan tujuh PPK untuk BLU. Mereka yang menjadi PPK disyaratkan
telah memiliki sertifikat pengadaan barang dan jasa. Oleh sebab itu satu orang
PPK menangani beberapa fakultas”, ungkap Amsal Bakhtiar.
Tema Rakerpim tahun 2013 adalah
Cetak Biru Keilmuan dan Keislaman: Menuju World
Class University. Seiring dengan
tema tersebut, Jamhari Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Kelembagaan memaparkan
Rencana Strategis 2012-2031 dan Masterplan pengembangan UIN Jakarta. Menurut
Jamhari ada 4 (empat) langkah dalam rencana strategis pengembangan UIN, yaitu
langkah konsolidasi (2012-2016), langkah akselerasi (2017-2021), langkah
pembentukan reputasi (2021-2016), dan langkah pengakuan global (2017-2031).
Pada setiap langkah ada tujuan, target, program kerja, dan indikator kinerja.
Mengapa mesti sampai tahun
2031? Menurut Komaruddin Hidayat,
penetapan tahun ini bersifat lintas generasi. “Kita memikirkan lintar generasi,
bukn hanya satu periode saja. Oleh karena itu ego pribadi harus lebur untuk
kepentingan institusi”, ucapnya sambil menambahkan proses integrasi keilmuan
dan keislaman tetap menjadi ciri khas UIN sebab jika kekhasan ini hilang maka
akan hilang pula ciri khas UIN Jakarta. Melalui integrasi, tambah Komaruddin, UIN Jakarta akan menjadi penebar
benih-benih pohon peradaban.
Untuk evaluasi kinerja, Lembaga
Penjaminan Mutu (LPM) telah melakukan penilaian terhadap seluruh program studi
di lingkungan UIN Jakarta. Ada sepuluh
kriteria penilaian, diantaranya adalah rasio dosen dan mahasiswa, publikasi
ilmiah, dan tata kelola. Berdasarkan
hasil evaluasi, tiga program studi yang terbaik adalah Sejarah Peradaban Islam
(SPI) Fakultas Adab dan Humaniora, Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin, dan Sistem
Informasi Fakultas Sains dan Teknologi. Masing-masing program studi mendapat
hadiah lap top.
Sedangkan dalam hal keuangan, Satuan Pengawas Internal (SPI) juga melakukan
penilaian terhadap kinerja semua fakultas. Tiga fakultas terbaik adalah
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK), Fakultas Ekonomi dan Bisnis
(FEB), dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP). Untuk peringkat
pertama mendapat hadiah laptop, peringkat kedua mendapat personal computer (PC), dan peringkat ketiga mendapat dispenser.
Transformasi Perguruan
Tinggi
Perubahan IAIN menjadi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang kini memasuki
tahun ke-11 (2002-2013) telah menjadi ke banggaan Kementerian Agama RI. Artinya
prestasi UIN Jakarta juga prestasi Kemenag RI. UIN Jakarta dalam hal
pengelolaan keuangan, merupakan UIN yang terbaik di lingkungan PTAIN.
Pencapaian ini juga yang menjadi salah satu sebab Kementerian Agama mendapat
predikat Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK dalam pengelolaan keuangan.
Bahrul Hayat Seketaris Jenderal
Kementerian Agama RI memberikan apresiasi kepada kinerja dan pencapaian UIN
selama ini. “Saya memeberikan apresiasi kepada pencapain UIN dan rencana
pengembangan yang telah dipaparkan dalam Rakerpim ini”,ungkap Bahrul Hayat yang
menjadi nara sumber pada hari kedua.
Untuk melakukan akselerasi pengembangan,
tambah Bahrul Hayat, ada enam jenis
transformasi yang harus dilakukan oleh Perguruan
Tinggi Agama Islam (PTAIN), termasuk UIN Jakarta.
Pertama, transformasi visi dan misi.
Setiap pimpinan perguruan tinggi, mulai dari rektor sampai dekan, mesti
memiliki cita-cita tersendiri, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Cita-cita ini akan mengantarkan para sivitas akademika untuk melakukan akselerasi pengembangan. Setiap melakukan kunjungan kerja ke kampus PTAIN, Bahrul Hayat selalu
bertanya-tanya, mengapa kampus perguruan tinggi Islam sangat kecil dan sempit. Kondisi
seperti ini, menurut Bahrul Hayat, sulit untuk menyiapkan generasi yang unggul
untuk 100 sampai 200 tahun ke depan. Apa yang disampaikan Bahrul Hayat
didasarkan pengalaman perguruan tinggi unggulan di dunia. Tidak ada perguruan
tinggi besar di dunia yang memiliki kampus kecil dan sempit. Karena itu, perguruan tinggi harus memiliki visi
dan misi yang jelas dan terukur untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Kedua, transformasi insfrastruktur. Tranformasi ini mutlak dilakukan dengan
dukungan dana yang kuat. Kemenag akan mendukung pinjaman dana luar negeri
dengan alasan untuk akselerasi. Karena jika kita hanya menggantungkan sumber
dana dari APBN, tidak akan mencukupi. Menurut
Bahrul Hayat, Pimpinan Islamic Development Bank ketika melakukan monitoring dan evaluasi ke
UIN Jakarta dan Jogjakarta, mereka bangga dengan pinjaman yang telah dikucurkan
karena membawa kemajuan bagi pendidikan Islam.
Ketiga, transformasi akademik. Pembukaan dan perluasan program akademik perlu dilakukan. Komando
penajaman dan peningkatan mutu pendidikan ini adalah rektor dan para jajarannya.
Ruh transformasi perguruan tinggi pada
dasarnya ada di bagian akademik.
Keempat, transformasi Sumber Daya Manusia (SDM). Perencanaan SDM menjadi
sangat penting. Perlu dilakukan regenerasi dan kaderisasi. Setiap tahun selalu
ada dosen yang pensiun, maka perlu ada yang menggantikannya. Ibarat kata
pepatah, patah tumbuh hilang berganti.
Aspek lainnya adalah akselerasi kualifikasi pendidikan dengan memberi
peluang untuk melanjutkan studi ke
jenjang yang lebih tinggi.
Dalam melakukan transformasi SDM, Guru Besar dari UIN Jakarta bisa sharing pengetahuan dan pengalamannya di
STAIN atau IAIN lain. Pengiriman dosen
untuk mengikuti short course di luar
negeri juga perlu dilakukan. Pengalaman di luar negeri menjadi penting bagi
seorang dosen, terutama untuk meningkatkan rasa percaya diri bagi dosen.
Kelima, transformasi manajemen.
Pilihan BLU untuk UIN merupakan pilihan yang tepat dibandingkan dengan
BHP. Selain ada otonomi akademik, juga
perlu ada otonomi manajemen. Secara
makro, dengan BLU, UIN diberi peluang untuk mengelola keuangan sendiri, tetapi
tidak ada aset yang keluar dari UIN. Namun tetap diperlukan manajemen internal yang kuat dengan memegang prinsip
akuntabilitas dan transparansi.
Keenam, transformasi kultural. Kultur UIN harus mencitrakan kultur akademik
yang tinggi. Ada dua sisi dalam membangun kultur, yaitu membangun sistem dan
membangun manusia. Dengan membangun
sistem, kita bisa membuat budaya dimana seseorang merasa dipaksa sehingga
merasa terpaksa, tetapi pada akhirnya akan menjadi biasa. Indikator yang menunjukkan perguruan tinggi
itu baik dan tidak baik adalah dari sistemnya. Dosen atau mahasiswa, kadang
perlu dipaksa dengan sistem, untuk membentuk kultur akademik.
Peran Utama PTAIN
Setelah menyampaikan enam jenis transformasi, Bahrul Hayat
memberikan pertanyaan kritis: kemana arah pengembangan PTAIN? Apa yang bisa
dibanggakan dari PTAIN? Terhadap dua
pertanyaan ini, menurut Bahrul Hayat ada lima peran utama PTAIN yang bisa
dibanggakan. Lima peran tersebut mencakup: (a) Center of Islamic studies/Pusat kajian Islam; (b) Producer of
Islamic scholar. Ada warna
Islam untuk lulusan PTAIN. Mahasiswa Apapun program studi yang dipilih, tetapi
lulusannya tetap sebagai Islamic scholar;
(c) Guard of Islamic values/perisai nilai-nilai Islam. PTAIN tetap harus
menjaga nilai-nilai Islam. Meskipun ada program studi umum, nilai-nilai Islam
tetap menjadi core values; (d) Light of
Islamic messages/Ppenerang pesan-pesan Islam. Nilai Islam dipancarkan dari kampus. Masyarakat
mendapat pencerahan dari kampus. Dalam
konteks ini ada ungkapan yang menyebutkan “Lebih baik menyalakan satu lilin
daripada mengutuk kegelapan. It is
better to light up a candle than to curse the darkness”. Jika ada kegelapan di UIN Jakarta, jangan dikutuk tetapi nyalakan lilin untuk
menerangi kegelapan tersebut. Dan terakhir (e) adalah Drive of Islamic civilization/ Pendorong peradaban Islam. Peradaban besar lahir dari peran ilmuwan.
Bahrul Hayat juga memberikan beberapa catatan penting untuk akselerasi UIN
Jakarta. Diantaranya adalah perlunya penambahan program studi dan fakultas
baru. Dalam hal ini UIN Jakarta bekerjasama dengan ITB ada rencana membuka
Fakultas Sumber Daya Alam dengan empat jurusan: Geologi, Pertambangan, Perminyakan,
dan Teknik Lingkungan. Bahrul Hayat juga mengingatkan pentingnya
pembangunan asrama mahasiswa. Dengan asrama mahasiswa, ada tiga kompetensi yang
bisa dikembangkan, yaitu kompetensi keagamaan, kompetensi bahasa Inggris, dan
kompetensi bahaha Arab. Terakhir adalah pemanfaatan Pusat Teknologi Informasi
dan Komunikasi Nasional yang berada di jalan Kertamukti.
Uraian di atas menjadi penting untuk kita -sivitas akademika Fakultas
Psikologi- renungkan dan dijadikan pendorong dalam meningkatkan mutu lulusan
melalui layanan dan jasa pendidikan.
Siapapun dan apapun posisi kita di fakultas ini, pasti memiliki peran
dan fungsi yang strategis dan penting. Jika ada yang beranggapan bahwa dirinya
merasa tidak memiliki peran dan fungsi dalam membangun peradaban di Fakultas
Psikologi, maka pola pikir seperti ini perlu diubah. Meminjam prinsip Dahlan
Iskan, yang kita perlukan adalah kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas.
Atau mengacu prinsip kerja Habibie dalam buku “Habibie dan Ainun” kita harus kerja
tuntas, kerja tepat waktu, dan kerja berkualitas. Intinya kerja, kerja, dan
kerja. (BangS).