Tidak seperti di Pondok
Pesantren lain, di Pondok Pesantren Pabelan, ada kolam renang. Airnya berasal
dari air sungai di dekat pondok. Meskipun desainnya sederhana, tidak
seindah kolam renang di hotel-hotel, keberadaan kolam renang ini menjadi daya
tarik tersendiri bagi santri. Para santri bebas berenang, sesuai jadwal yang
ditentukan, tanpa ada pungutan biaya. Pengaturan jadwal dibedakan antara santriwati
dan santri laki-laki.
Namun, di kalangan santri laki-laki,
termasuk teman-teman saya yang tinggal di Asrama/Gedung Presiden,
ada yang suka usil. Sebut saja namanya Shafran (nama samaran).
Santri yang suka membuat ulah di kalangan santri baru.
"Yuk, kita berenang!",
ucapnya mengajak teman-teman lelaki lainnya.
"Lho, hari ini kan jadwal
renang untuk santriwati. Jadwal kita masih besok", jawabnya.
"Kita coba saja. Nanti kalau
ditanya Ustadz, kita jawab,"Maa lupa".
Akhirnya, kami berlima sepakat untuk
pergi ke kolam renang. Sampai di sana, suasana masih sepi. Belum ada santriwati
yang berenang. Kami merupakan pihak pertama yang datang. Kami tahu, hari
itu adalah jadwal renang untuk santriwati.
"Ayo....jangan berdiri
saja", ucap Shafran sambil menarik tangan teman-temannya untuk masuk ke
dalam kolam.
Dengan sedikit rasa cemas di dalam
hati, jangan-jangan ada bagian keamanan atau ustadz yang datang, kami tetap
berenang.
Namun, tiba-tiba, dari jarak jauh
ada orang yang berteriak.
"Ya thalabah...qumu wa la
tadzhabu! Al-yauma waqtun lil banat", ucap seorang ustadz dari kejauhan.
Artinya, "Halo, santri laki-laki. Berdiri. Jangan Pergi! Hari ini adalah
waktu untuk santriwati".
Dengan penuh rasa takut, kami
berlima keluar dari kolam. Sementara sang Ustadz semakin mempercepat langkahnya
menuju kolam renang. Dari kejauhan, nampak sorot matanya semakin
menakutkan.
Shafran mencoba menenangkan
teman-temannya.
"Nanti saya yang bicara dengan
Ustadz", ucapnya.
Nah begitu Ustadz sudah di dekat
kami dan sebelum ia bertanya, Syafran mulai angkat bicara.
"Maaf Ustadz, kami santri baru.
Tidak tahu hari ini jadwal renang untuk santriwati. Mohon maaf sekali",
kilahnya sambil menundukkan kepala.
"Thayyib (Baik)...! Kali ini
kalian saya maafkan. Jangan diulangi lagi!', pesan sang Ustadz.
Setelah berjabat tangan sambil mohon
maaf, kami berlima sepakat kembali ke asrama. Di tengah-tengah perjalanan ke
asrama, Shafran angkat bicara.
"Sebenarnya, saya tahu hari ini
jadwal santriwati, tapi kalau saya bilang begitu, kalian semua akan kena
iqab/sanksi".
Hahahahaha...... Aya Aya Wae
Shafran.