Minggu, 04 Maret 2012

APA ITU NAK?

APA ITU NAK?

Alkisah, seorang ayah dan anaknya yang menginjak usia dewasa duduk-duduk di taman atau kebun rumah mereka. Sang anak sambil membaca sebuah buku, sementara sang ayah memperhatikan tananam di kebun tersebut.

“Buku apa itu nak?” tanya sang ayah mengawali pembicaraan di sore hari itu.

“Negeri Lima Menara”, jawab sang anak sambil meneruskan membaca.

Tiba-tiba datang seekor burung hinggap di pohon mangga.

“Apa itu nak?” tanya ayah kepada anaknya untuk kali kedua.

“Burung gereja”, jawab anaknya singkat.

Tidak lama kemudian datang seekor burung lagi dan hinggap di dahan pohon mangga.

“Apa itu nak?” tanya sang ayah untuk kali ketiga.

“Burung pipitttttttt. P.I.P.I.T”, jawab sang anak dengan nada tinggi sambil mengeja.

Sang ayah tetap tenang duduk di samping sang anak yang sedang membaca novel,

tanpa terusik sedikitpun emosinya dengan jawaban anaknya yang kurang sopan tersebut. Tiba-tiba ada sebuah mangga jatuh dan sang ayah bertanya lagi kepada anaknya.

“Apa itu nak?”

“Ayah ini sukanya ganggu aja deh. Tanya terus-menerus seperti anak kecil saja. Tahu nggak saya sedang membaca buku. Jangan diganggu. Ayah jangan duduk di sampingku”, jawab sang anak dengan kesalnya.

Mendengar jawaban anaknya dengan penuh emosi, aang ayah berdiri dan masuk ke dalam rumah, sementara sang anak masih tetap di kebun meneruskan bacaannya.

Apa gerangan yang dilakukan ayah? Buat teh atau kopi untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman yang baru dialami? Bukan.

Nonton TV? Bukan.

Membaca Koran? Bukan.

Yang dilakukan sang ayah adalah mengambil buku hariannya. Sang ayah mulai menulis pengalaman di kebun dengan sang anak. Dia ceritakan apa adanya. Persis dengan kejadian tadi. Di akhir catatannya, sang ayah menuliskan begini.

Anakku, saya bertanya terus menerus itu bukan untuk mengganggumu, tetapi untuk mengetahui sejauh mana perhatianmu kepada ayahmu.

Anakku, sudah sekian tahun ayah memberikan perhatian kepadamu, sejak lahir sampai dewasa, tetapi ternyata engkau tidak mau memberikan perhatian kepadaku hanya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ringan dariku.

Anakku, beginikah guru dan dosenmu mengajarimu di bangku sekolah dan universitas? Beginikah sikapmu kepada ayah kandungmu? Bagaimana sikapmu kelak kepada saudaramu dan orang-orang lain di sekitarmu?

Anakku, jika ada orang yang bertanya kepadamu, jawablah dengan penuh ketulusan. Karena jawaban yang engkau berikan itu ibarat lentera di malam hari. Ibarat lilin yang menerangi kegelapan. Ibarat petunjuk jalan bagi orang yang tersesat dalam perjalanan. Atau ibarat kompas bagi orang yang kehilangan arah. Anakku……maafkan ayahmu jika telah gagal mengajarimu kepedulian sosial.

Ya Rabb… jadikanlah anakku anak yang saleh, rajin salat, rajin ibadah, rajin belajar, taat dan hormat kepada orang tua.

Pada hari berikutnya, seperti biasa sepulang dari kuliah, sang anak memanfaatkan waktu sorenya untuk rileksasi. Ia meneruskan membaca novel Negeri Lima Menara yang telah difilmkan dan mulai 1 Maret 2012 diputar serentak di gedung-gedung bioskop di seluruh Indonesia.

Saat itulah sang ayah mendatangani sang anak dengan membaca catatan harian.

“Anakku, kau perlu membaca ini sebelum meneruskan membaca novel itu”, ungkap sang ayah seraya menyodorkan buku hariannya kepada sang anak.

Dengan tenang dan pelan sang anak membaca buku catatan harian tersebut.

Usai membaca, sang anak menatap mata ayahnya. Kemudian memeluk dengan sekuat tenaga. Sambil meneteskan air mata, sang anak berkata “Maafkan aku ayah. Maafkan aku ayah. Maafkan aku ayah”.

Dalam keadaan berpelukan, sang ayah berkata.

Katakanlah sesungguhnya segala puji dan syukur itu milik Allah. KepadaMu lah kami menyembah dan kepadaMu pula kami minta pertolongan.

Kemudian diteruskan dengan menyebut ayat suci Al-Quran:

Dan orang-orang yang menafkahkan hartanya dalam keadaan lapang dan kesempitan, dan mereka yang menahan marahnya serta memaafkan orang lain. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang melakukan bajikan (Q.S 3:134).

Dari kisah tersebut, dapat kita pahami bahwa sikap egois sang anak telah membuatnya bersikap kasar dan tidak hormat kepada ayah kandungnya hanya karena pertanyaan yang sepele. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita saksikan, karena asyik dengan Black Berry Messanger-nya, seorang anak lupa berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. Ibarat anak autis, asyik main sendiri, tapi tidak peduli dengan orang di sekitarnya. Atau karena asyik bermain games dengan komputer tabletnya, ada orang yang lupa untuk menjawab salam atau menyapa orang yang lewat di depannya. Semoga Anda tidak bersikap demikian?

Pelajaran penting lainnya adalah bahwa sikap marah sebaliknya ditanggapi dengan sikap dingin dan tenang. Jika marah itu ibarat api, maka sikap dingin itu ibarat air. Dengan demikian, suasana tidak menjadi lebih keruh. Seandainya kemarahan anak tersebut ditanggapi dengan kemarahan ayahnya, bisa Anda bayangkan apa yang terjadi. Nah disinilah kematangan emosi seseorang itu diperlukan. Biasanya anak muda, masing kurang mampu mengendalikan emosinya dengan baik. Karena itu hendaknya yang muda mengormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda.

Ciputat, 4 Maret 2012

Kamis, 01 Maret 2012

Mplus: MUDAH + LENGKAP

Selama dua hari, Kamis sampai Jumat (1-2 Maret 2012) Fakultas Psikologi menyelenggarakan pelatihan Mplus bagi dosen dan mahasiswa program Magister Sains Psikologi dengan nara sumber Jahja Umar, Ph.D. Tujuan training ini adalah untuk membekali dosen dan mahasiswa bagaimana cara menggunakan software Mplus untuk analisis data penelitian.

Nama Mplus, tambah Jahja Umar, adalah singkatan dari Muthen plus, artinya Muthen dan Linda. Keduanya adalah suami istri yang mengembangkan software tersebut lima belas tahun yang lalu. Versi 1 Mplus diluncurkan pertama kali pada tahun 1998 dan sampai tahun 2010 sudah muncul versi 6. Jahja Umar sendiri belajar Mplus langsung dari Bengt O. Muthen ketika kuliah di UCLA.

Mengapa Mplus? Menurut Jahja Umar, Mplus memiliki karakteristik dan kelebihan yang tidak dimiliki software lain. “Jika ada penelitian yang menggunakan Mplus dalam analisis data maka sudah dapat dipastikan hasil penelitiannya akan lebih baik dibanding dengan penelitian yang menggunakan software lain”, ucap Jahja Umar seraya menyebutkan software SPSS, AMOS, WINSTEP, dan LISREL.

Selain itu, tambah Jahja Umar, Mplus memiliki bahasa perintah (language command) yang lebih sedikit dan sederhana dibandingkan dengan LISREL. “Hanya ada 10 (sepuluh) bahasa perintah dalam Mplus. Yaitu TITLE, DATA, VARIABLE, DEFINE, ANALYSIS, MODEL, OUTPUT, SAVEDATA, PLOT, dan MONTECARLO. “Dari sepuluh jenis bahasa perintah ini, ada dua yang wajib yaitu DATA dan VARIABLE”, ungkap Jahja seraya menambahkan penggunaan bahasa perintah tersebut tidak harus berurutan. Kelebihan lainnya adalah Mplus memiliki semua fungsi matematika dan statistic. Huruf besar atau huruf kecil bukan perkara yang sensitif dalam Mplus.

Dengan karakteristik dan kelengkapan fitur Mplus seperti disebutkan di atas, depat dikatakan belajar Mplus itu mudah dan menguntungkan. Mudah karena bahasa perintahnya sederhana dan menguntungkan karena hasil analisis data yang didapatkan sangat komprehensif atau lengkap. Easy to use but powerful software, tulis Muthen dan Linda dalam pengantar buku panduan bagi pengguna (User’s guide) yang diterbitkan tahun 2010.

Tidak dinafikan, Mplus juga memiliki kelemahan. Nobody perfect. Demikian kata pepatah. Menurut Jahja Umar, Mplus hanya bisa membaca data dalam bentuk ASCII. Maka diperlukan konversi data jika data disimpan dalam bentuk selain ASCII.

Kekurangan lainnya, tambah Jahja Umar, Mplus tidak memiliki fitur untuk membuat diagram sebagaimana yang dimiliki LISREL. “Bagian yang menarik dari Lisrel adalah gambar diagram. Tetapi fitur membuat diagram ini justru tidak ada di Mplus”, tutur Jahja Umar yang sudah mengusulkan kepada Muthen untuk menambahkan fasilitas membuat diagram dalam Mplus. Jahja Umar sendiri belum tahu mengapa Muthen tidak memasukkan fitur pembuatan diagram tersebut.

Selama dua hari para peserta, selain dikenalkan tentang sejarah dan karakteristik, kegunaan, kelebihan dan kelemahan software Mplus, juga dikenalkan cara melakukan analisis data dengan berbagai konsep tentang modeling, input data untuk Mplus, cara menjalankan program dan menginterpretasikan hasil print out Mplus.

Dengan mengikuti pelatihan dua hari ini bukan berarti para peserta langsung menjadi ahli menggunakan Mplus. Namun demikian, sekurang-kurangnya para peserta selain sudah mengenal Mplus, juga memiliki semangat dan motivasi untuk mempelajari Mplus. Dengan semangat dan motivasi inilah mereka dapat mengembangkan melalui belajar mandiri dan trial and error serta berani bertanya kepada ahlinya jika menemukan masalah. Selamat dan sukses buat para peserta pelatihan Mplus. (BangS)